Senin 21 Dec 2015 20:15 WIB

Doa Umar bin Khattab Saat Memimpin Umat Islam

Berdoa (ilustrasi)
Foto: greaterkashmir
Berdoa (ilustrasi)

Oleh: Abdul Syukur

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Said al-Khudri pernah meriwayatkan hadis yang artinya, "Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah dan orang yang paling dekat posisinya dengan-Nya pada hari kiamat nanti adalah pemimpin yang adil. Sementara, orang yang paling dimurkai Allah dan yang paling jauh tempatnya dari sisi-Nya adalah pemimpin yang jahat." (HR Turmudzi).

Hadis ini merupakan harapan sekaligus ancaman bagi para pemimpin. Harapan bagi pemimpin yang baik agar menjadi hamba yang dicintai oleh Allah dan mendapat posisi yang paling dekat dengan-Nya di akhirat nanti. Begitu pula sebaliknya, hadis di atas juga bisa menjadi ancaman bagi pemimpin yang tidak baik atau jahat. Bahwa mereka akan mendapat murka dari Allah dan akan menempati posisi yang sangat jauh dari-Nya.

Dalam melaksanakan tugasnya, para pemimpin dihadapkan pada dua pilihan, adil atau zalim. Adil ketika ia menempatkan sesuatu pada tempatnya dan zalim ketika ia menempatkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya.

Karena tugas pemimpin yang berat seperti ini, maka pantas ketika Umar bin Khattab setiap menghadapi persoalan selalu berdoa, "Ya Allah, bimbinglah saya dalam menghadapi dua orang ini karena masing-masing dari mereka berdua ingin melihat saya dari segi agama saya."

Pada kesempatan yang lain, kadang Umar berdoa, "Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk berbuat adil kepada keduanya. Sesungguhnya salah satu dari mereka bisa menjauhkan saya dari agama saya."

Pemimpin yang adil atau baik bukan berarti pemimpin yang membiarkan kebaikan dan kejahatan berjalan bersamaan, membiarkan kebaikan tetap berjalan, tapi juga membiarkan kejahatan tumbuh subur. Pemimpin yang seperti ini justru bukan merupakan pemimpin yang adil, melainkan tergolong pemimpin yang lemah.

Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang bisa membela rakyatnya yang lemah tapi benar dan bisa menghukum rakyatnya yang kuat tapi bersalah. Sehingga, ia bisa menempatkan kebenaran pada tempatnya dan menempatkan kejahatan atau kezaliman pada tempatnya pula.

Jika suatu daerah atau wilayah dipimpin oleh pemimpin yang adil, rakyatnya akan tertib, aman, dan sejahtera. Tertib karena seluruh rakyatnya akan mematuhi peraturan yang diundangkan oleh sang pemimpin.

Aman karena semua rakyatnya tidak merasa khawatir dengan kezaliman orang lain, lebih-lebih kezaliman sang pemimpin sendiri. Dan sejahtera setelah kehidupan mereka tidak ada yang mengganggu dan mereka bisa hidup sesuai dengan keinginan dan kebebasannya sendiri.

Oleh sebab itu, pantas ketika seorang pemimpin yang bisa menjadikan wilayahnya tertib, aman, dan sejahtera atau berbuat adil pada rakyatnya akan mendapatkan beberapa keutamaan di akhirat nanti. Di antaranya akan termasuk golongan yang mendapatkan naungan Allah (HR Bukhari dan Nasai), akan mendapatkan cinta Allah dan tempat yang paling dekat dengan-Nya (HR Turmudzi), serta mendapat posisi di mimbar sebelah kanan Zat Yang Maha Pengasih di akhirat nanti (HR Muslim).

Dan pemimpin yang adil pantas mendapatkan tempat-tempat yang dijanjikan Allah itu karena mereka telah melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement