REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga premium dan solar diturunkan secara signifikan mulai 5 Januari 2016 yakni masing-masing turun delapan persen menjadi Rp7.150 per liter dan turun 18 persen menjadi Rp5.950 per liter.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said di Kantor Presiden Jakarta, Rabu, dalam jumpa pers setelah sidang kabinet paripurna yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan harga keekonomian premium yang semula Rp7.300 per liter menjadi Rp6.900 per liter harga keekonomian dan dipungut dana ketahanan energi Rp200 per liter sehingga menjadi Rp7.150.
"Dengan itu kita menyimpan Rp200 perliter. Untuk dipupuk menjadi dana ketahanan yang diarahkan untuk membangun energi terbarukan," kata Sudirman.
Sementara harga solar yang semula Rp6.700 (termasuk subsidi Rp1.000) harga keekonomian turun menjadi Rp5.650 tapi kemudian ditambahkan Rp300 dana ketahanan energi sehingga harga barunya menjadi Rp5.950 per liter. Dengan begitu harga solar turun Rp800 per liter kemudian premium turun Rp150.
"Pertimbangan lain juga karena solar dikonsumsi industri dan angkutan umum dengan begitu dua-dua (program)-nya kita capai baik turun harga maupun pemupukan dana ketahanan energi," katanya.
Ia mengatakan harga baru itu mulai berlaku 5 Januari 2016. "Kita beri kesempatan kepada distributor, SPBU, dan pengecer untuk menghabiskan stok dengan harga lama sehingga tidak mengalami kerugian sekaligus memberikan kesempatan Pertamina untuk pembenahan sistem," katanya.
Sudirman mengatakan penurunan harga BBM itu karena tiga pembentuk harga bahan bakar minyak dalam tiga bulan terakhir berhasil diefisienkan.
"Tiga komponen pembentuk harga BBM yakni harga minyak dunia kemudian kurs kita, dan ketiga efisiensi mata rantai pasokan yang dikelola Pertamina sebagai penanggung jawab terbesar pasokan mencapai 97 persen, semakin efisien," katanya.