REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB ) X secara mendadak mengumpulkan kerabat keraton Yogyakarta dan para abdi dalem di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta, Kamis (31/12).
Dengan didampingi oleh permasurinya GKR Hemas, empat putrinya GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno dan GKR Bendara, serta kakaknya GBRAy Murdokusumo, Sultan HB X menyampaikan dhawuh dalem
Dhawuh raja disampaikan tepat pukul 10.00 WIB dan hanya berlangsung beberapa. Menurut Penghageng Puralaya Kotagede-Imogiri KRT Hastananingrat, Dhawuh Dalem disampaikan secara mendadak.
"Saya tadi ditelpon dari Keraton sekitar pukul 09.00 dan Dhawuh Dalem disampaikan pukul 10.00 dan hanya berlangsung sekitar lima menit," ujarnya.
Hastananingrat mengungkapkan dalam dhawuh dalem, Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan bahwa Keraton Yogyakarta tidak diwariskan. Di samping itu, abdi dalem harus menuruti perintah raja dan kalau tidak menuruti perintah raja akan dipecat.
"Maksud dari keraton tidak diwariskan adalah asetnya tidak bisa dibagi-bagi," jelasnya.
Dhawuh dalem hanya ditujukan kepada para abdi dalem. Namun tidak semua abdi dalem datang seperti halnya Penghageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta KRT Jatiningrat.
"Saya tidak tahu dan tidak diberitahu kalau ada dhawuh dalem. Karena itu saya tidak datang dan tidak tahu apa isi dhawuh dalem," kata Romo Tirun (red.
panggilan akrab KRT Jatiningrat) pada wartawan yang berada di depan kediamannya.
Saat Sultan HBX menyampaikan pernyataannya, Keraton Yogyakarta ditutup secara mendadak. Pintu Gerbang Ngeben ditutup sekitar 30 menit oleh para petugas keamanan. Sehingga para wisatawan asing maupun mancanegara menunggu di depan pintu gerbang sambil bertanya-tanya mengapa ditutup mendadak.