REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Badan Meteorolgi, Klimatologi dan Geofisikan mengungkapkan, iklim di Indonesia selama enam bulan ke depan akan berjalan normal. Dalam hal ini termasuk fenomena el nino maupun la nina yang bakal terjadi selama 2016.
Kepala Pusat Iklim, Agroklimat, dan Iklim Maritim BMKG Nurhayati menerangkan, kondisi iklim yang akan dialami di Indonesia pada 2016 terutama selama enam bulan ke depan. “Sebenarnya kita masih berada dalam masa el nino tapi ini sudah mulai meluruh, Januari sudah mulai turun kondisi el nino tersebut,” ujar Nurhayati kepada Republika.co.id, Ahad (3/1). Hal ini terbukti dengan banyaknya wilayah yang sudah mengalami musim penhujan pada awal tahun ini.
Nurhayati berpendapat, mulai Februari hingga Maret kemungkinan besar el nino akan terjadi kembali. Hanya saja dampak ini tidak akan menyeluruh di Indonesia. Wilayah-wilayah yang hanya berada di ekuator atas yang mengalaminya. Misal, tambah dia, Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Kepulauan Riau bagian utara.
“Wilayah-wilayah ini kemungkinan akan mengalami musim keringt pada Februari dan Maret,” jelas Nurhayati. Daerah-daerah ini juga tidak akan mengalami el nino yang lama. Ini karena pada April hingga Mei akan berada pada iklim basah kembali.
Menurut Nurhayati, Indonesia memang tetap akan menghadapi el nino. Namun dampak musim ini tidak terlalu besar terhadap lingkungan di Indonesia. Penyebabnya, kata dia, karena sistem anginya sudah beralih ke arah baratan. Kondisi ini jelas menyebabkan angin membawa uap air yang basah.
Di samping itu, Nurhayati menambahkan, suhu permukaan laut di hampir seluruh Indonesia selama enam bulan ke depan berada dalam kondisi hangat. Hal-hal ini dinilai sudah cukup untuk potensi penguapan. (Baca juga: Kementan Belum Deteksi Kemunculan El Nino di 2016)