REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN --Sebanyak delapan dari 41 pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ditinggalkan pembeli. Kepala Dinas Pasar Tri Endah Yitnani menilai kedelapan pasar tersebut tidak efektif lagi.
Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan ketidakefektifan pasar tersebut. Salah satunya, jumlah pedagang yang sedikit sehingga ditinggal pembeli. Guna memaksimalkan lahan yang ada, Dinas Pasar berencana melakukan alihfungsi dan alihkelola pasar tersebut. "Kami akan melakukan alih fungsi secara bertahap, karena tidak bisa delapan pasar sekaligus," kata Tri, Jumat (8/1).
Ia mencontohkan, Pasar Srowolan yang berada di Desa Purwobinangun, Pakem akan dialihkelolakan menjadi pasar pendukung desa wisata. Hal itu juga akan diberlakukan di pasar Jombor yang berada dekat dengan Terminal Jombor. Pasar tersebut akan menjadi pasar pendukung Terminal. Sementara Pasar Salakan di Selomartani, akan dijadikan Pasar khusus Sepeda. Sebab menurut Tri, saat ini Pasar Salakan sudah kalah bersaing dengan Pasar Sidorejo Selomartani.
Sementara ini Dinas Pasar akan terus membenahi pasar-pasar yang masih beroperasi, seperti Pasar Cebongan. Nantinya Pemkab Sleman akan melakukan penataan kembali terhadap lapak-lapak pedagang agar terlihat rapi. Pasar tersebut bahkan akan dijadikan satu atap dengan model hanggar.
"Pasar Godean tahun ini juga akan dibenahi. Selama ini kanopinya tidak teratur. Itu akan kami tata rapi dan diseragamkan," kata Endah.
Sementara ini, di Sleman ada enam pasar yang masuk dalam kategori besar, yakni antara lain Pasar Sleman, Pasar Pakem, Pasar Tempel, Pasar Godean, Pasar Gamping dan Pasar Prambanan. Sisanya merupakan pasar sedang dan kecil.
Dari enam pasar tersebut, beberapa pasar besar sedang renovasi, seperti Pasar Sleman dan Prambanan yang masih dalam proses pembangunan. Tri menjelaskan, 2016 merupakan tahun kedua dari lima tahun road map pembenahan pasar-pasar tradisional di Sleman.