Selasa 12 Jan 2016 00:48 WIB

Fenomena 'Aneh' Publik Buat BBM Jadi Langka

BBM
Foto: VOA
BBM

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM menyatakan pembelian besar-besaran dari masyarakat saat penyesuaian tarif baru BBM pada tanggal 5 Januari 2016 lalu adalah penyebab kelangkaan komoditas itu di beberapa daerah.

"Kami klarifikasi BBM seperti apa kondisinya hingga menyebabkan langka di beberapa daerah, yaitu karena adanya pembelian besar-besaran pada tanggal 5 Januari lalu," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas IGN Wiratmaja, Senin (11/1).

Gejolak pada tanggal 5 Januari tersebut, kata Wiratmaja, adalah sebagai dampak pengumuman pemerintah soal penurunan harga BBM di luar prediksi Pertamina.

"Itu terjadi di luar prediksi Pertamina, di mana saat tanggal 4 Januari itu stok di SPBU masih penuh, seperti tidak laku jualannya," ujar dia.

SVP Marketing Niaga Pertamina Muchamad Iskandar menjelaskan, sejak tanggal 1-4 Januari masyarakat lebih banyak melakukan penghematan untuk melakukan pembelian karena mereka sudah tahu harga BBM akan turun pada 5 Januari.

"Ada fenomena aneh, meski diperkirakan pada malam tahun baru peningkatan penjualan premium solar meningkat tajam, namun saat ini malah terjadi penurunan sampai terendah pada tanggal 4 Januari," katanya.

Hal tersebut bukan karena SPBU tak mau tebus pasokan, melainkan konsumen yang memang mengurangi pembelian sampai penurunan harga BBM benar-benar dilakkukan.

"Dan apa yang terjadi saat jam 00.00 WIB pada tanggal 5 Januari, serentak berbondong bondong di SPBU laris dalam volume yang cukup besar. Bahkan kami menerima laporan pada pukul 1 dan 2 dini hari betul-betul SPBU penuh, bahkan armada bus juga beli sehingga solar mengalami hal yang serupa bahkan lebih parah anjlok drastis," ujarnya.

Karena adanya lonjakan pembelian yang sangat besar tersebut, lanjut Iskandar, Pertamina tidak bisa dengan cepat memulihkan persediaan di SPBU karena kapasitas tangki yang maksimal hanya bisa ditambah 40 persen dari kapasitas harian.

"Itu sudah maksimal, sementara permintaan mencapai 200 persen lebih. Akhirnya ada stagnasi berjam jam setelahnya," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement