Rabu 13 Jan 2016 22:42 WIB

MEA Bisa Perburuk Ketimpangan Ekonomi di Indonesia

Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo menilai, distribusi pembangunan ekonomi Indonesia saat ini tidak tepat sasaran. Sehingga, menimbulkan ketimpangan sosial yang tinggi antara masyarakat di Pulau Jawa, khususnya Jakarta, dan luar Jawa. Dia mendesak pemerintah agar fokus pada pembangunan dan pemerataan ekonomi dalam menghadapi persaingan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Kalangan menengah ke atas yang tinggal di kota tumbuh melesat dibanding kalangan menengah ke bawah. Indonesia ini sangat luas, kalau pemerintah pusat melihat konteks pemerataan ekonomi dengan baik, harusnya yang dikembangkan itu bukan Jakarta saja, tapi juga di luar Jakarta," ujar Hary di Gedung Smesco, Jakarta dalam siaran pers, Rabu (13/1).

Menanggapi persaingan bebas MEA, Hary menilai, pemerintah justru harus lebih fokus pada kondisi masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan kelompok UMKM. Kondisi ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia justru bisa memperburuk keadaan jika MEA tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah. 

Dia menjelaskan, Jakarta sebagai ibu kota negara, konsep pembangunan ekonominya juga belum mampu mengikis kesenjangan sosial yang terjadi. Jumlah masyarakat yang besar, sambung dia, harusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi untuk membangun ekonomi.

Hary menegaskan, Partai Perindo di DKI Jakarta akan berperan serta untuk membangun ekonomi masyarakat menengah ke bawah melalu program-program yang tepat sasaran. Dalam acara tersebut, Hary melantik puluhan pengurus Partai Perindo di DKI Jakarta tingkat DPC dan DPRT. Di DKI Jakarta, struktur Perindo telah terbentuk secara menyeluruh sebanyak 44 DPC dan 268 DPRt.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement