REPUBLIKA.CO.ID, Bunga, bukan nama sebenarnya, tak bisa menahan kesal. Dia hanya bisa menangis begitu tahu anak dan menantunya ikut aliran sesat. Mereka kini tidak melaksanakan shalat l juga ibadah lainnya seperti puasa dan membaca Alquran.
Pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) itu, dengan linangan air mata, menyebut, puteranya ketika sekolah dan kuliah tergolong pandai. Bunga sangat berharap ke depan anaknya itu dapat diandalkan sebagai penopang dan tulang punggung ekonomi keluarga.
"Harapan itu, kini pupus sudah," kata Bunga.
Dia mengaku tidak tahu persis sejak kapan anak dan menantunya ikut aliran sesat. Padahal, Bunga memberi anaknya pendidikan agama sejak kecil. Dari sisi ekonomi, kebutuhan hidup berumah tangga anaknya itu tercukupi.
Bunga masih mempertahankan anaknya tinggal bersama satu rumah meski sudah menikah. Pertimbangannya, menunggu kemampuan ekonominya membaik dahulu. Setelah itu, barulah dilepas untuk hidup mandiri.
Ia baru mengetahui anaknya ikut aliran sesat berawal ketika anak dan mantunya diajak shalat berjamaah di rumah. Anaknya selalu mengelak. Demikian juga isterinya, dengan alasan shalat cukup di kamarnya.
Penderitaan yang dialami Bunga makin buruk. Anak dan mantunya mengaku akan meninggalkan Jakarta untuk bekerja di salah satu kota di Pulau Kalimantan. Tidak disebutkan nama kotanya. Saking penasaran, Bunga pun mencari tahu ke kota mana anaknya itu akan bekerja.
Diam-diam ketika anak mantunya tak di kamarnya, Bunga menyelinap masuk ke kamar suami isteri itu. Ia pun terkejut, didapati surat anaknya akan ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Setelah mengetahui itu, PNS Kemenag ini berusaha dan menahan diri pura-pura tidak tahu. Kesedihan Bunga bertambah lagi. Setelah anak-mantunya mengaku hendak keluar kota, (tanpa menyebut tujuannya Palangkaraya), suami Bunga mengalami stroke."Ya Allah, apa kesalahan saya sehingga begini," ungkapnya.