Jumat 15 Jan 2016 21:45 WIB

Pengamat Minta Polisi Mendalami Keterlibatan ISIS

Rep: Fauziah Mursid/ Red: M Akbar
Salah seorang pelaku serangan teror di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).
Foto: REUTERS/Veri Sanovri/Xinhua
Salah seorang pelaku serangan teror di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Prasantyo meminta agar pihak kepolisian bisa mendalami informasi keterlibatan organisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dalam aksi teror di Sarinah, Thamrin, Jakarta.

"Itu kan klaim mereka, tapi kita akhirnya jadi 'bener nih (ulah) mereka," kata Mardigu saat dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (15/1).

Meskipun begitu, Mardigu menilai jika dilihat dari pola serangan bom Sarinah memang mengarah ke pola serangan ISIS. Polanya adalah serangan pusat kota 'urban war'.

Hal ini berbeda dengan pola serangan bom sebelumnya yang berafiliasi dengan Alqaida. "ISIS itu teroris yang sangat jago di tengah kota atau urban war, beda dengan Al Qaida yang ngebom, dia bawa bomnya 50 kilo kemudian masuk hotel, dia ngebom," kata dia.

Menurutnya, pola serangan ISIS lebih kepada pola serangan man to man dengan membawa sejata. Kalau pun menggunakan bom, kata Mardigu, biasanya untuk pelaku tersebut meledakkan diri.

"Dia itu pakai pistol dia tembak-tembak, misalnya yang di Amerika, Paris juga, dia kemudian bunuh diri, cara begitu itu cara ISIS," ungkapnya.

Lantaran itu ia pun tidak berpikiran mengenai adanya jaringan lain yang berada dibalik serangan bom Sarinah tersebut. Pasalnya, ia menilai pelaku yang sempat baku tembak dengan polisi tersebut nampak terlatih dalam menggunakan senjata.

"Saya kira nggak mungkin (jaringan lain), misal mbak (wartawan, Red) saya kasih pistol, apa bisa langsung nembak? Kan harus dilatih, nah yang suka latihan ini jaringan Santoso yang di Poso itu, berarti pelaku tembak ini harus ada pembiasan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement