Senin 18 Jan 2016 12:14 WIB

PDIP Nilai Program Deradikalisasi Pemerintah tak Buahkan Hasil

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Esthi Maharani
Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin.
Foto: Antara
Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP, TB Hasanuddin, menilai program deradikalisasi belum membuahkan hasil signifikan.

Menurutnya, program tersebut seharusnya bisa menekan dan menghilangkan keyakinan kaum ekstremis.

"Teror yang dilakukan oleh radikalis itu seperti tetap tak berkurang. Bahkan, bibit-bibitnya semakin tumbuh," kata politikus PDI Perjuangan itu dalam pesan singkatnya, Senin (18/1).

Program deradikalisasi juga masih dipandang sebagai proyek karena masuk di dalam APBN. Menurut purnawirawan mayor jenderal TNI itu, target program deradikalisasi juga kurang jelas meskipun dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan LSM dan ormas-ormas.

"Hampir tidak pernah ada evaluasi yang jelas sejauh mana tingkat keberhasilannya (program deradikalisasi)," kata dia.

Hasanuddin menilai, pemerintah masih lemah dalam hal koordinasi. Dengan begitu, di daerah-daerah yang rawan persebaran paham radikalisme, justru tak dijumpai program deradikalisasi.  Dia juga mengimbau pemerintah agar menempatkan orang-orang dengan pengetahuan agama dan strategi yang mumpuni untuk melakukan deradikalisasi. Bila tidak, deradikalisasi hanya menjadi ajang debat.

"Contoh nyata, mengapa (orang-orang yang berpaham radikal) justru lebih radikalis setelah keluar LP (lembaga pemasyarakatan)?" katanya.

Terakhir, pihaknya mendesak pemerintah agar melibatkan unsur masyarakat nonformal, seperti pengurus RT/RW. Pemerintah diminta agar mendanai RT/RW dalam membantu program deradikalisasi.

"Mereka justru hanya dijadikan semacam pemadam kebakaran setelah teror terjadi," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement