REPUBLIKA.CO.ID, Literatur Islam hanya mengenal istilah muttaqin, kafirin, dan munafiqin, serta kelompok penganiaya diri, pertengahan, dan bersegera dalam kebaikan. Istilah Islam fundamentalis, Islam radikal, Islam moderat, dan sebagainya datang dari luar dengan tendensi memadamkan cahaya Islam.
Dewasa ini kita kian akrab dengan berbagai cap dan istilah seperti Islam fundamentalis, Islam militan, Islam moderat, Islam radikal, bahkan "Islam teroris". Semua itu bukan sekadar permainan kata-kata atau istilah asal jadi, munculnya istilah-istilah tersebut di media, sengaja atau tidak, telah membentuk kesan buruk tentang Islam dan umatnya.
Itulah yang dalam teori komunikasi disebut labelling theory, teori penjulukan dengan tujuan membentuk citra buruk pihak yang dijuluki. Label fundamentalis, militan, ekstremis, atau garis keras, biasanya ditujukan kepada kelompok umat Islam yang memperjuangkan tegaknya sistem Islam, dan sering "terpaksa" untuk melakukan kekerasan.
Sedangkan Islam moderat biasanya ditujukan kepada kelompok umat Islam yang bersikap kompromistis dan menghindari jihad dalam arti perang fisik.Tulisan ini hendak menegaskan bahwa literatur Islam tidak mengenal istilah-istilah tersebut.
Labelling itu dimunculkan di luar Islam dengan tendensi memburukkan citra Islam dan umatnya. Dalam Islam, secara umum manusia dibagi ke dalam tiga kelompok besar. Ketiganya adalah kaum muttaqin (orang bertakwa), munafiqin (orang munafik), dan kafirin (tidak beriman) seperti dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 3-20.