Jumat 22 Jan 2016 06:30 WIB

Menjadi Wirausaha yang Mandiri

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja didampingi Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati menyalami   Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid  usai acara Kafe BCA bertema
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja didampingi Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati menyalami Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid usai acara Kafe BCA bertema

REPUBLIKA.CO.ID,  Apa yang menjadikan Kolonel Sanders terus menawarkan resepnya walau sudah ditolak 1.009 kali? Apa yang menjadikan kesuksesannya mendunia hingga sekarang? Seorang entrepreneur mampu melihat peluang dan mencari solusi, dan yang terpenting ia memiliki mental pantang menyerah.

Hal itulah yang dikemukakan Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid dalam talk show Kafe BCA bertema "Potensi dan Tantangan Generasi Muda sebagai Pelaku Usaha" yang digelar PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Menara BCA, Thamrin, Jakarta, Rabu (13/1). 

"Salah satu pengalaman yang tidak mengenakan adalah menghadapi kegagalan. Tapi tak apa, life must go on karena ketika kita menghadapi kegagalan, di situlah kapasitas diri kita akan dinilai. Apakah ketika kita jatuh, kita mampu bangkit dan bangun lagi. Itulah yang akan menentukan, apakah kita merupakan seorang entrepreneur atau bukan. Seperti kisah Kolonel Sanders yang tidak takut gagal, hingga produk miliknya, Kentucky Fried Chicken, bisa mendunia," ungkap Yenny di hadapan puluhan mahasiswa Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor yang merupakan penerima Beasiswa Bakti BCA.

Yenny menambahkan, "Salah satu hambatan ketika akan memulai usaha, yaitu tidak ada ide. Karenanya, harus rajin cari wawasan, misalnya melalui diskusi, membaca, atau browsing." Kreativitas dan inovasi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan, selain kemauan dan keberanian.

"Apa sih nilai tambah yang bisa saya lakukan? Gunakan passion yang dimiliki dan kembangkan menjadi sebuah usaha yang kreatif dan berbeda. Sebagai ilustrasi, mengapa Elihu Nugroho dapat mengembangkan usaha Valo karena ia melakukan diferensiasi dari yang sudah ada. Ia menawarkan  metode mencuci mobil tanpa air (waterless). Ada diferensiasi produk, maka ada nilai tambah. Untuk itu, kita harus jeli melihat peluang," kata Yenny menjelaskan.

Jejaring juga merupakan hal yang dapat mendukung keberhasilan dalam mengembangkan usaha. Sebuah usaha memerlukan banyak dukungan. Perlu banyak belajar, pembimbing, dan mentor. Pada era digital, networking dapat dibangun melalui saluran sosial media yang ada. "Bergaulah dengan banyak orang dari berbagai kalangan dengan sikap terbuka. Hidup adalah sekolah yang tidak pernah selesai, kita bisa belajar pada siapa pun," ujar Yenny.

Modal bukanlah kendala utama. Modal usaha memang perlu, legalitas memang dibutuhkan, tapi itu bukan segalanya. Banyak pengusaha yang memulai usahanya tanpa modal atau dengan modal yang tidak besar. Sebagaimana pengalaman Yasa Paramita Singgih yang menginspirasi generasi muda dengan bisnis fashion Men's Republic yang dirintis sejak berusia 15 tahun.

"Yasa hanya bermodal negosiasi dan kepercayaan. Bisa juga sistem konsinyasi dengan menitipkan produk Anda ke sejumlah toko dengan sistem bagi hasil. Atau, kemitraan, modal dimiliki oleh orang lain, kita yang menjalankan usahanya," paparnya.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (ketiga kanan), Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati (kedua kanan),  Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid (ketiga kiri), Pendiri Valo Waterless Car Care Elihu Nugroho (kedua kiri), Pendiri Men’s Republic Yasa Paramita Singgih (kiri), dan Ketua Karang Taruna Goa Pindul (Desa Wisata Binaan BCA) Yudan Hermawan (kanan) berbincang seusai acara Talk Show Kafe BCA di Jakarta, Rabu (13/01). i Kafe BCA yang mengusung tema “Potensi dan Tantangan Generasi Muda sebagai Pelaku Usaha”, BCA mendorong lahirnya entrepreneur muda baru yang sejatinya memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat dan bangsa.

 

Selain Yenny, BCA juga mengundang sejumlah kaum muda yang sukses dengan ide kreatifnya menjadi pemberi makna bagi masyarakat untuk berbagi pemahaman dan pengalaman kepada generasi muda bangsa, yaitu Yasa Paramita Singgih, Elihu Nugroho, serta Yudan Hermawan yang berhasil mengembangkan potensi Goa Pindul menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Gunung Kidul bekerja sama dengan program Bakti BCA.

Senada dengan Yenny, Yasa mengatakan, dalam memulai bisnis yang harus dimiliki adalah keberanian untuk memulai dan mengembangkannya dengan keilmuan. "Apabila kita bisa memulai usaha dari muda, kenapa tidak segera dilakukan. Keuntungannya kita masih muda itu nothing to lose, andaikan harus gagal, ya balik ke awal lagi," kata penulis buku Never Too Young to Become A Billionare itu. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pentingnya posisi generasi muda bagi bangsa perlu disadari dengan memberikan kesempatan agar generasi muda dapat berkembang.

"Salah satunya dengan mendorong generasi muda untuk berkiprah secara mandiri melalui jalur wirausaha di berbagai sektor," tutur Jahja.

Jahja menambahkan, tren bertumbuhnya entrepreneur muda di berbagai sektor, seperti di sektor service excellence, personal development, dan improving life menandakan optimisme positif bagi masa depan bangsa ke depannya. Diharapkan, dalam setiap usaha yang dibangun tersebut tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan profit, tetapi juga dalam rangka memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat. ADV

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement