Sabtu 23 Jan 2016 19:02 WIB

LGBT Masuk Kampus, IMM: Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi kelompok LGBT
Foto: EPA/Ritchie B. Tongo
Ilustrasi kelompok LGBT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mulai maraknya perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di lingkungan kampus perguruan tinggi membuat resah berbagai kalangan.

Salah satunya adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang secara tegas menyatakan penolakannya terhadap perilaku menyimpang tersebut. 

"Sangat disayangkan bila pusat-pusat kampus dan lembaga-lembaga pendidikan sudah dimasuki LGBT. Kalau kabar itu benar, maka ini merupakan ancaman yang serius bagi bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi Ketuhanan Yang Maha Esa," kata Ketua Umum DPP IMM, Beni Pramula, kepada Republika.co.id, Sabtu (23/1).

Untuk itu, ia mengajak semua elemen bangsa, mulai dari aktor-aktor pendidikan, para pelajar, mahasiswa, dan pemuda Indonesia bersama-sama menyatakan perlawanan terhadap LGBT. 

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), kata Beni, memiliki tanggung jawab paling besar terkait dengan isu-isu penyebaran LGBT di kampus-kampus perguruan tinggi.

Menurutnya, lembaga pendidikan sebagai laboratorium pembentukan karakter dan moralitas bangsa seharusnya tidak boleh menjadi tempat tumbuhnya perilaku-perilaku amoral seperti LGBT.

"Ketika LGBT sudah mulai menggerogoti dunia pendidikan kita, itu jelas sangat berbahaya. Dikti harusnya melakukan evaluasi terhadap penyelenggaran pendidikan kita, jangan sampai anak-anak bangsa dirusak moralitas dan akhlaknya," ujarnya.

Fenomena lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kembali menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan aktivitas sekelompok mahasiswa dan alumni UI yang menamakan diri Support Group and Resource Center On Sexuality Studies (SGRC).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement