REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 47,6 persen dari 159 mantan pengikut Gafatar asal Jawa Barat merupakan anak-anak. Mereka saat ini berada di Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) Bambu Apus, Jakarta Timur.
“Korbannya (Gafatar) kan keluarga. Ada anak-anak, ada bayi juga. Saat ini kita utamakan lebih dulu trauma healing kepada anak-anak,” ujar Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Arifin HK di Gedung Sate Bandung, Senin (25/1).
Arifin mengatakan, saat ini sebanyak 159 orang Gafatar yang ada di Bambu Apus, berasal dari Jawa Barat. Mereka terdiri atas 32 orang dari Bekasi, 28 orang dari Depok, 17 orang dari Bandung, 14 orang dari Subang, 12 orang dari Majalengka, delapan orang dari Sukabumi, tujuh orang dari Cianjur, enam orang dari Tasikmalaya, lima orang dari Ciamis, satu orang dari Karawang, dan satu orang dari Cirebon.
Ke-159 orang tersebut, kata dia, akan difasilitasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk dipulangkan ke daerah masing-masing. Sebelum dipulangkan, mereka akan ditampung di balai milik Dinas Sosial Jabar untuk mendapatkan pemulihan trauma akibat diusir dari Kalimantan. Namun, hasil identifikasi awal menyebutkan sebagian besar anggota enggan dipulangkan ke kampung halamannya.
"Ada citra negatif Gafatar yang menjadi ganjalan psikologis. Kalau boleh memilih mereka ingin pulang kembali ke Kalimantan bukan ke Jabar," katanya.
Selainpemulihan psikologis, para eks anggota juga akan mendapatkan wawasan soal Islam dari MUI dan wawasan kebangsaan dari Kesbangpol. Dinsos bertugas menyediakan kebutuhan sehari-hari.
Namun, kata dia, mereka hanya bisa ditampung selama satu pekan. "Nggak mungkin kami ngurus selamanya, nanti tidak mendidik dan tidak membuat mereka menjadi mandiri," katanya.