REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sekitar 80 warga Kota Surabaya yang pernah menjadi anggota aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan ditampung sementara di Asrama Transito Surabaya mulai dipulangkan ke keluarganya, Senin (25/1) sore.
Penjabat Wali Kota Surabaya Nurwiyatno mengatakan berdasarkan data yang dimiliki warga yang asli Surabaya ada 208 orang yang dibawa pulang dari Kalimantan, namun masih 80 orang yang siap dipulangkan pada keluarga.
"Tapi dari data itu kita masih terus melakukan cek silang dengan dinas kependudukan, sebab banyak ternyata yang mengaku orang Surabaya tapi ternyata tidak punya rumah di Surabaya," katanya saat meninjau warga mantan Gafatar di Asrama Transito.
Namun demikian, lanjut dia, ada sebanyak 80 jiwa dari 15 KK yang KTP asli Surabaya yang sudah setuju dan siap untuk dipulangkan.
Bukan hanya dikembalikan ke keluarganya, tapi pemkot juga akan memberikan jaminan makanan pada mantan Gafatar yang sudah kembali rumahnya masing-masing.
Ia mengatakan Pemkot memberikan jatah makanan berupa makan tiga kali sehari dan juga paket sembako.
Tidak hanya itu, warga mantan Gafatar juga diberi paket sandang (pakaian) berupa baju, pakaian dalam, pempers dan juga pembalut.
"Dalam upaya pemulangan warga mantan Gafatar ini, pemkot akan terus melakukan pengawalan dan juga pembinaan," ujarnya.
Saat ditanya, mengapa tidak semua dipulangkan, Nur mengatakan untuk pengembalian ke keluarga ini harus dilakukan secara bertahap, sebab ada warga yang sudah jelas alamatnya dan asli warga Surabaya namun ternyata memang menyatakan belum siap untuk dikembalikan ke daerah asalnya.
Warga yang semacam ini masih disilakan untuk tinggal dan diprioritaskan untuk warga yang memang sudah siap untuk balik ke kampungnya masing-masing.
"Untuk siapa saja yang dipulngkan ini tersebar, kami antarkan langsung ke rumahnya. Begitu juga dengan paket jatah makanan dan sembakonya, langsung kita antarkan ke rumah masing-masing," ujarnya.
Nilai setiap jatah makan mantan Gafatar ini sebesar Rp 13 ribu. Selain itu, bagi warga yang tidak memiliki tempat tinggal maupun warga yang mengaku-ngaku asli Surabaya kini sedang disiapkan rusun di Romokalisasi sebagai tempat tinggal mereka begitu keluar dari Asrama Transito itu.
Pemindahan ke rusun tersebut sembari menunggu pemkot mencarikan solusi bagi mereka, sebab pemkot pun tidak bisa menjamin akan terus memberikan bantuan berupa permakanan, bahkan untuk bantuan modal pun pemkot tidak bisa memberikan, karena keterbatasan anggaran.