REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Tim Peneliti UGM yang tergabung dalam Elimante Dengue Project (EDP) berencana akan memperluas cakupan penelitian dengan menyebarkan nyamuk ber-wolbachia di Kota Yogyakarta pada pertengahan 2016. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ancaman demam Berdarah Dengue (DBD) di kota tersebut.
Pasalnya pada 2015, terdapat 2.146 kasus DBD di DIY. Sebanyak 17 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Kota Yogyakarta terdapat 890 kasus, 10 di antaranya meninggal. Ketua Tim EDP Prof. Dr. Adi Utarini mengatakan, pelepasan nyamuk dengan bakteri alami Wolbachia dilakukan untuk membuktikan efektivitas pengurangan penularan DBD.
"Saat ini kami tengah melakukan sosialisasi intensif pada masyarakat dan pemerintah untuk persiapan pelepasan nyamuk ber-wolbachia,” katanya, Kamis (28/1). Metode yang dilakukan yaitu melepas langsung nyamuk dewasa mengadung bakteri alami Wolbachia atau meletakkan telur nyamuk dalam ember kecil yang dititipkan ke rumah-rumah warga.
Berdasarkan pengalaman di Bantul dan Sleman, metode tersebut cukup berhasil. Hasil pelepasannya mengakibatkan 80 persen nyamuk di kedua kabupaten tersebut mengandung wolbachia.
(baca: Tak Mau Digigit Nyamuk? Setop Makan Pisang)
Entomolog Warsito Tantowijoyo menuturkan bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti menyebabkan virus Dengue tidak dapat berkembang. Sehingga nyamuk tidak dapat menularkan DBD.
Warsito menerangkan, apabila nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan lain non wolbachia akan menghasilkan keturunan nyamuk ber-wolbachia. “Tapi kalau Nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk non wolbachia maka telurnya tidak akan bisa menetas,” ujarnya.
Kepala Dinkes DIY, Arida Oetami mengatakan pelepasan nyamuk wolbachia tidak menggantikan program fogging yang sudah ada. Walaupun kegiatan tersebut tidak dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia. “Fogging tidak direkomendasikan oleh WHO karena mencemari lingkungan, meski masih banyak yang menggunakan,” tuturnya.
Adapun program pelepasan nyamuk wolbachia sudah dilakukan di lima negara. Antara lain Ausralia, Vietnam, Brasil, Kolombia dan Indonesia. Namun sejauh ini penelitian yang paling menampakkan progres ada di Yogyakarta.