Sabtu 30 Jan 2016 19:48 WIB

'Kakak Saya Rela Jual Ginjal Demi Menghidupi Keluarga'

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
ginjal (ilustrasi)
Foto: Healthliving
ginjal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Praktik jual beli ginjal tengah menjadi sorotan publik dalam beberapa waktu terakhir. Korban jual-beli ginjal ini mayoritas berasal dari Majalaya Kabupaten Bandung, salah satunya adalah Dasep.

Saat Republika mendatangi kediaman Dasep di Kampung Simpang, Desa Wangisagara, Majalaya, Kabupaten Bandung, korban tidak berada di rumah. Hanya bibi dan para adiknya yang ada di rumah.

Salah satu adiknya, Tita, adik pertama Dasep, mengaku tidak mengetahui soal penjualan ginjal yang dilakukan oleh kakaknya itu.  Ia mengaku tidak diberitahu oleh Dasep soal penjualan ginjalnya. Tapi ia yakin, tindakan Dasep pasti untuk menyejahterakan keluarganya.

"Enggak tahu saya juga, saya tahunya malah dari media," ujarnya, Sabtu (30/1) siang.

Begitupun dengan Sansan. Adik kedua Dasep ini juga tidak mengetahui bahwa kakaknya itu telah menjual ginjalnya sendiri. Sepanjang yang diketahui Tita, Dasep selalu berusaha mencari uang untuk kebutuhan adik-adiknya dan orang tuanya. Sebab, Dasep merupakan anak pertama dan memiliki enam orang adik.

"Pasti ia menjual itu untuk makan adik-adiknya ini," katanya.

Adik sepupu Dasep, April, pun meyakini Dasep menjual ginjalnya itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Saat ini, menurut dia, Dasep berada di Kota Bandung bersama istrinya.

"Mereka memang bekerja di sana, jarang di sini," ujarnya.

Dasep kini berusia 24 tahun. Adik-adiknya pun terpaksa ikut banting-tulang mencari uang untuk keluarganya. Seperti Tita, misalnya. Ia bekerja di Malaysia, dan tiba di Majalaya sudah dari dua pekan yang lalu.

Tita pun mengaku kaget dengan kepulangannya ke Majalaya ini. Sebab, baru dua pekan, sudah ada banyak wartawan yang mengunjungi rumahnya.

Awalnya, ia agak segan melayani para wartawan karena memang ia benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi di keluarganya.

"Baru dua minggu di sini sudah banyak wartawan, saya enggak tahu apa-apa padahal," katanya.

Sementara itu, Sansan, kesehariannya hanya di rumah. Kabar penjualan ginjal oleh kakaknya itu tidak diketahuinya. Apalagi, ujar Tita, Sansan tidak bisa baca-tulis. Adik sepupunya, April, pun hanya lulusan SMP.

Untuk diketahui, saat Republika mencari warga yang menjual ginjalnya di Desa Wangisagara, banyak warga yang tidak menyadarinya.

Beberapa warga ada yang menyadarinya lewat tayangan berita di televisi. Bahkan, keluarga Dasep pun awalnya bungkam. Saat kunjungan pertama Republika ke rumahnya, mereka bilang tidak tahu apa-apa.

Kemudian, setelah mendapat informasi dari tetangga, ternyata benar bahwa memang rumah berwarna biru itulah yang salah satu anggota keluarganya diketahui telah menjual ginjalnya. Awalnya, Tita dan Sansan tampak tertutup. Mereka terlihat khawatir. Setelah dibujuk, barulah kemudian mereka mau berkomentar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement