Senin 01 Feb 2016 16:02 WIB

Paham Gafatar Dinilai Sama Bahayanya dengan Komunis

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Ilham
Tim Dukungan Psikososial Kemensos bermain dengan anak-anak pengungsi eks-Gafatardi Gedung Pusat Olahraga Persahabatan Korea Indonesia (POPKI), Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (29/1).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Tim Dukungan Psikososial Kemensos bermain dengan anak-anak pengungsi eks-Gafatardi Gedung Pusat Olahraga Persahabatan Korea Indonesia (POPKI), Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekretaris Komisi DPRD DIY, Muhammad Yasid mengatakan, penanganan Gafatar harus serius dan jangan dianggap remeh karena faham Gafatar cukup berbahaya. Bahkan, bila tidak ditangani secara serius bisa menyebarkan “virus” yang sangat berbahaya bagi masyarakat.

‘’Apalagi selama ini mereka bebas sekali memberikan doktrinasi kepada masyarakat.  Kasihan masyarakat yang tidak tahu diinterogasi dengan menjual asetnya dan diajak pergi ke Kalimantan. Sehingga nanti masa depan mereka bisa suram,’’ kata Yasid pada saat melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas Sosial DIY berkaitan dengan penanganan eks anggota Gafatar di DPRD DIY, Senin (1/2).

Menurut Yasid yang juga budayawan ini, Gafatar tidak sama dengan masyarakat lain. Mereka sudah didoktrinasi sehingga mereka harus disikap secara serius. Sebab, kata dia, ke depannya mereka akan membuat negara di dalam negara ini dan menurut Undang-Undang hal itu makar. ‘’Dan, mereka tidak kalah seriusnya dengan teroris dan komunis,’’ kata Yasid pada wartawan menegaskan.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi mengakui selama menjadi kepala Dinas Sosial, baru kali ini dia mengalami kesulitan. Terutama dalam  melakukan pembinaan yang sifatnya klasikal, banyak diantara mereka yang tidak mau ikut. ’’Bahkan diajak shalat berjamaah pun mereka tidak mau. Padahal di KTP-nya beragama Islam,’’ kata dia.

Kebanyakan diantara mereka suka bergerombol dan berdiskusi. ‘’Tetapi saya tidak tahu apa yang mereka diskusikan. Bahkan, mereka sering berkomunikasi menggunakan handphone. Saya juga heran kenapa pulsanya tidak habis-habis,’’ kata mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY ini.

Lebih lanjut, Untung mengatakan menangani korban bencana alam lebih mudah daripada menangani Gafatar. Dia menambahkan, mereka yang mengalami bencana sosial seperti Gafatar itu bisa mengakar dan bertahun-tahun karena terkait ideologi. Mereka juga bisa dendam sehingga penanganannya harus panjang.

‘’Namun karena dinas sosial ranahnya kemanusiaan dan mereka termasuk korban bencana sosial, maka kami tugasnya memberikan tempat, pelayanan kesehatan/pengobatan bagi yang sakit, makan dan minum serta trauma healing terutama bagi anak-anak,’’ kata Untung. (Pengembalian Aset Eks Gafatar Sulit Ditangani).

Anggota Komisi D DPRD DIY Nurjanah mengatakan, dari informasi yang dia peroleh, gerakan Gafatar ini sudah terencana secara matang. Sehingga untuk melakukan deradikalisasi terhadap mereka tidak cukup dua-tiga hari saja. Harus dipikirkan juga siapa yang bertanggungjawab kalau nanti mereka sudah dilepaskan ke masyarakat.

Sehubungan dengan hal itu, Untung mengatakan akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk tindak lanjut penanganan Gafatar, terutama bidang pertahanan dan keamanan. ''Kalau yang menjadi fokus kami mengurusi logistik seperti dapur umum agar mereka terjamin makannya dengan baik dan jangan sampai makanannya membuat mereka mencret.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement