Senin 01 Feb 2016 22:44 WIB

Eks Gafatar yang Dihipnotis akan Dirukiah

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Ilham
Tim Dukungan Psikososial Kemensos bermain dengan anak-anak pengungsi eks-Gafatardi Gedung Pusat Olahraga Persahabatan Korea Indonesia (POPKI), Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (29/1).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Tim Dukungan Psikososial Kemensos bermain dengan anak-anak pengungsi eks-Gafatardi Gedung Pusat Olahraga Persahabatan Korea Indonesia (POPKI), Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Majelis Ulama Indonsia (MUI) Kabupaten Purbalingga akan berupaya semaksimal mungkin agar eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bisa kembali ke ajaran agama yang benar.

''Seluruh eks anggota Gafatar asal Purbalingga beragama Islam. Mereka seluruhnya berjumlah 102 orang perlu assesment yang sungguh-sungguh agar bisa kembali ke ajaran Islam yang benar,'' kata anggota Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Purbalingga, Muzni Tanwir di Gedung Balai Benih Ikan (BBI), Senin (1/2).

Dia menyebutkan, jika dalam proses assesment ini ditemukan indikasi bahwa mereka memahami ajaran Gafatar melalui proses hipnotis atau pengaruh lainnya, tim assesement dari MUI Purbalingga yang terdiri akan merukiah mereka.

''Kita akan lihat dulu bagaimana situasinya. Bila perlu dilakukan rukiah, maka akan kita rukiah,'' katanya. (Bareskrim Usut Kasus Penghinaan Agama oleh Gafatar).

Menurutnya, untuk mengembalikan pemahaman para mantan anggota Gafatar yang telah didoktrin dengan ajaran menyimpang memerlukan waktu yang panjang. Namun dengan melibatkan semua organisasi jamiyah Islam di Purbalingga, seperti NU, Muhammadiyah, LDII dan organisasi keagamaan lainnya, dia berharap proses assesment yang rencananya berlangsung selama tiga hari bisa diperoleh hasil maksimal.

Dia mengatakan, dengan keterbatasan waktu assesment tersebut, maka pengawasan selanjutnya dikembalikan ke kampung halamannya.''MUI bersama tim lintas sektor lainnya akan terus berkoordinasi untuk menyelamatkan mantan anggota Gafatar,'' katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement