REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 1.700 anak-anak mantan anggota Gafatar membutuhkan pendampingan psikologis. Saat ini, ribuan anak-anak tersebut dipulangkan ke daerah asal bersama orang tua masing-masing.
Ketua Yayasan Satu Keadilan, Sugeng Teguh Santoso, mengatakan ribuan anak mantan anggota Gafatar itu saat ini masih berusia sekolah. "Berdasarkan data terakhir yang kami pantau, ribuan anak mantan anggota Gafatar itu masih menempuh pendidikan baik dasar hingga menengah atas. Seluruhnya sudah dipulangkan dari Kalimantan Barat," jelas Sugeng yang juga salah satu anggota koalisi organisasi masyarakat peduli Gafatar.
Karena itu, Yayasan Satu Keadilan meminta pemerintah dan pemerintah daerah setempat agar bertanggung jawab terhadap nasib ribuan anak-anak ini. Menurut Sugeng, ribuan anak mantan anggota Gafatar mengalami trauma psikis akibat diskriminasi.
Ia pun mendesak pemerintah memfasilitasi pendidikan baru bagi ribuan anak tersebut. "Kelanjutan pendidikan anak-anak eks - Gafatar harus diperhatikan sesuai kebutuhan mereka, juga keinginan orangtua. Artinya mereka butuh pendidikan pemulihan psikis, pendampingan. Jangan dipaksakan ke sekolah pilihan pemerintah," ucap Sugeng.