Senin 01 Feb 2016 23:40 WIB

Eks Gafatar Kini Bingung Menyambung Hidup

Rep: Edy Setyoko/ Red: Ilham
Sejumlah eks Gafatar berjalan menuju bis untuk pulang kampung di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Dinas Sosial Jabar di Cibabat, Kota Cimahi, Senin (1/2).
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Sejumlah eks Gafatar berjalan menuju bis untuk pulang kampung di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Dinas Sosial Jabar di Cibabat, Kota Cimahi, Senin (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Tercatat 16 orang dari empat kepala keluarga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bingung setelah tiba di kampung halaman. Rata-rata mereka kesulitan mencari pekerjaan untuk 'menyambung hidup'.

Salah satu eks anggota Gafatar, Sardi (40 tahun), mengatakan, meski sudah kembali dikampung halaman di Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, namun dia bingung mencari pekerjaan. Dia mengalami kendala untuk bertani, dagang, atau buruh.

Menurut Sardi, jika mau berdagang tidak mempunyai modal. Kalau bertani, juga tidak memiliki lahan sawah. Jika hendak buruh, tidak bakal bekerja kasar atau kerja serbutan, warga belum bisa menerima sepenuhnya. (Seorang Eks Gafatar Mengaku Kehilangan Lebih dari Rp 1 Miliar).

Ia mengaku berat hati meninggalkan tempat tinggal barunya di Pontianak, Kalimantan Barat. ''Ya kecewa juga, karena saya lebih nyaman tinggal di sana. Dan mulai hidup mapan," katanya.

Sardi mengaku di Kalimantan sudah bisa dikatakan hidup mapan. Soalnya, di perkampungan khusus anggota Gafatar itu sudah berdiri 20 rumah dengan ukuran masing-masimg 6×12 meter persegi. Selain itu, ia juga telah membuka ladang seluas 39 hektar.

''Sawah kami sebenarnya siap panen. Tetapi, itu semua kami tinggalkan. Karena kami disuruh meninggalkan kampung halaman di sana,'' katanya.

Sardi menuturkan, setelah pulang di Masaran dia akan memulai kehidupan yang  baru baik sebagai wiraswasta atau menjadi petani. Namun, dia masih bingung untuk memikirkan modal usaha. Kalau dapat modal, paling kembali bertani.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement