REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra bakal melihat dahulu perkembangan situasi sebelum memutuskan untuk mengikuti pemilihan kepala daerah (Pilkada DKI) 2017 atau tidak.
"Kita lihat perkembangannya," kata Yusril kepada wartawan di Jakarta, Sabtu.
Menurut Yusril, wacana menjadi bakal menjadi calon dalam Pilkada DKI 2017 sebenarnya dimunculkan oleh salah satu lembaga survei yang melihat fenomena saudara Yusril berhasil mengalahkan adik Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam salah satu pilkada di Bangka Belitung.
Yusril awalnya tidak terlalu menanggapi wacana itu tetapi semakin hari kian berkembang. Yusril pun menginginkan agar sebaiknya dalam Pilkada 2017 calonnya "head to head" (hanya dua) sehingga rakyat juga bisa fokus dalam memilih.
Ketum PBB itu telah menentukan pilihan untuk berlaga dalam Pemilihan Presiden 2019, tetapi bila ternyata harus didahului dengan mengikuti Pilkada DKI 2017 maka hal itu juga tidak apa-apa.
"Kalau 2017 Ahok menang (dalam Pilkada DKI) maka dia juga akan maju (dalam Pilpres) 2019," ujarnya.
Dia juga menyebutkan bahwa meski belum ada suara resmi dari parpol, tetapi sudah ada pernyataan dari sejumlah politisi dari beragam partai politik yang mendukung pencalonannya.
Ditanyakan mengenai pendapat keluarga, Yusril mengungkapkan keluarga tidak ada masalah untuk itu.
Yusril juga mengemukakan, dalam Pilkada serentak tahun 2015, dari sebanyak 168 pilkada, maka PBB berhasil memenangkan hingga sebanyak 53 calon.
Baca juga, Yusril Maju Lawan Ahok, Cak Imin: Bagus.
Karena itu, Yusril saat ini fokus memperkuat PBB secara internal dengan tujuan antara lain agar dia juga bisa maju dalam Pilpres 2019.
Apalagi pada 2019, lanjutnya, pemilu digelar secara serentak dan tidak ada ambang batas suara untuk pencalonan presiden. Ini karena setiap parpol peserta pemilu berhak mengusulkan calon presiden.