Rabu 10 Feb 2016 17:16 WIB

Mantan Gafatar Khawatir tak Diterima Warga

Rep: Fuji E Permana/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah eks Gafatar berjalan menuju bis untuk pulang kampung di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Dinas Sosial Jabar di Cibabat, Kota Cimahi, Senin (1/2).
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Sejumlah eks Gafatar berjalan menuju bis untuk pulang kampung di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Dinas Sosial Jabar di Cibabat, Kota Cimahi, Senin (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Satu keluarga mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat telah dikembalikan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsonakertrans) Kabupaten Garut ke rumah orang tuanya, Senin (8/2). Namun, mereka khawatir warga sekitar tidak menerimanya kembali.

"Awalnya mereka menolak saat dikembalikan ke rumah orang tuanya alasannya mantan Gafatar tersebut takut warga sekitar tidak menerima mereka kembali," kata Kepala Dinsosnakertrans Kabupaten Garut, Elka Nurhakimah kepada Republika, Rabu (10/2).

Elka mengatakan, satu keluarga mantan Gafatar itu ingin tinggal di rumah kontrakan. Mereka juga ingin diberi bantuan modal untuk membuka usaha.

Alasan mereka meminta hal tersebut karena tidak ingin tinggal bersama orang tuanya. Mereka bukan khawatir orang tuanya tidak menerima, tapi mereka khawatir tetangga tidak menerima kehadiran mereka kembali.

Dikatakan Elka, lima orang mantan pengikut Gafatar tersebut merupakan satu keluarga terdiri dari pasangan suami istri dan tiga orang anaknya. Orang tua pasangan suami istri mantan pengikut Gafatar tetsebut padahal sudah menerima mereka.

Namun, mereka tetap khawatir. Selain itu, harta kekayaan milik pasangan suami istri mantan Gafatar tersebut telah habis dijual.

"Makanya mereka awalnya minta kepada kami untuk mengontrak rumah dan memberi biaya usaha, tapi kami tidak punya anggaran jadi sekarang tinggal di rumah orang tuanya," jelas Elka.

Terkait warga sekitar yang dikhawatirkan tidak menerima mereka kembali, Elka mengaku sudah berkoordinasi dengan MUI tingkat desa, ketua RT, RW, kepala desa dan camat serta polsek setempat. Semua unsur muspika bersama-sama mengawasi mantan pengikut Gafatar tersebut.

Elka menambahkan, berdasarkan pengakuat kepala keluarga mantan pengikut Gafatar, masih ada warga Kabupaten Garut yang menjadi pengikut Gafatar. Sebab, mantan Gafatar tersebut mengaku menjadi salah satu pengurus Gafatar dan telah mengajak orang-orang untuk bergabung dengannya. Sehingga, hal yang paling mereka takutkan saat dikembalikan ke kampung halamannya adalah Ormas Islam.

Hal tersebutlah yang membuat beberapa warga Kabupaten Garut mantan pengikut Gafatar menolak dipulangkan ke Garut. Beberapa di antaranya lebih memilih untuk dipulangkan ke Bekasi dan Kota Bandung ke tempat kerabat atau keluarga mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement