REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Deputi Meteorologi BMKG Yunus Subagyo Swarinoto mengatakan, Februari memang menjadi puncak curah hujan dari musim penghujan ini. Meskipun, intensitasnya tidak merata diseluruh bagian Indonesia. Hal ini disebabkan setiap daerah memiliki karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi intensitas hujan.
Ia pun memprediksi hujan masih akan terjadi sepanjang bulan Maret meskipun intensitasnya lama lama akan menurun. April nanti, dipresdiki curah hujan sudah kembali memasuki taraf sedang hingga rendah.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyabab terjadinya banjir di sejumlah daerah di Jakarta. Pertama, ia mengatakan dari peta potensi banjir yang disajikan oleh BMKG, curah hujan dalam masa tinggi. Curah hujan tinggi ini sangat berpengaruh pada volume air yang berada di daratan.
Selain intensitas hujan yang tinggi, pengaruh tipografi daerah tertentu memang sangat berpengaruh. Menurut Yunus, air bersifat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Beberapa wilayah yang dilanda banjir pada sepekan ini memang memiliki tipografi daerah yang rendah dan merupakan cekungan.
"Ya, jadi tipografi daerah juga sangat berpengaruh, karena daerah yang rendah sangat berpotensi untuk banjir. Selain itu, pengaruh pembangunan dan insfrastruktur daerah seperti aluran air, jalannya air menuju laut sangat berpengaruh. Ketika air tidak mendapatkan jalurnya, sedangkan intensitas hujan tinggi maka air bisa meluap," ujar Yunus saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (10/2).
Selain itu, dari faktor iklim di sekitar perariran laut bagian Sumatera, barat Surabaya, Kepulauan Seribu serta laut madura sedang ada kumpulan awan yang besar. Hal ini mengakibatkan potensi hujan di wilayah tersebut jauh lebih tinggi dari wilayah lain. Pada awal pekan lalu misalnya, Senin (8/2) awan tersebut berada di pesisir pantai di wilayah Bangka, Pangkal Pinang dan Riau. Maka intensitas hujan disana sangat tinggi, maka potensi banjir juga semakin besar.