REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi X DPR RI mengajukan peningkatan anggaran hingga Rp1.287.853.360.000 untuk Tahun Anggaran 2016.
Pengajuan anggaran tersebut meningkat 80 persen dari yang telah disepakati sebelumnya yaitu Rp 574 miliar, sebagaimana yang disampaikan Kepala Satlak Prima Achmad Soetjipto dalam RDPU di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (11/2) siang.
"Dana Rp 574 miliar itu adalah dana yang diberikan dari APBN sebelum saya membuat rencana strategis Satlak Prima. Lalu setelah kita buat renstra-nya, ternyata anggaran yang dibutuhkan Rp1,2 triliun," ujar Soetjipto menerangkan.
Dia mengatakan, jumlah tersebut akan diberikan alokasi terbesar pada sport science, akomodasi, dan kompetisi karena jumlah atletnya pun mencapai 729 orang.
Dalam pemaparan yang dia jelaskan dalam rapat tersebut, perubahan yang terjadi antara lain pada komponen akomodasi atlet dan pelatih dari Rp 94,1 miliar menjadi Rp 183,6 miliar, Kompetisi (TO/TC) dari Rp 204,7 miliar menjadi Rp 408 miliar.
Selanjutnya, honorarium atlet, pelatih, PB dan Satlak Prima yang semula Rp 110,8 miliar menjadi Rp 166,2 miliar, dukungan sport science dari Rp 11,5 miliar menjadi Rp 136,3 miliar, perlengkapan dan peralatan latihan dari Rp 17,3 miliar menjadi Rp 126 miliar, suplemen dan kebutuhan perorangan dari Rp 15,2 miliar menjadi Rp 79,2 miliar.
Biaya operasional Satlak Prima dari Rp 5,92 miliar menjadi Rp 5,98 miliar, dan paralimpik yang semula Rp 74 miliar menjadi Rp 150 miliar.
Sedangkan komponen anggaran yang justru mengalami penurunan pada pengajuan baru tersebut adalah biaya konsultan dan pelatih asing dari Rp 40,1 miliar menjadi Rp 32,4 miliar.
Sehubungan dengan hal tersebut, Soetjipto menegaskan bahwa untuk menjadi sebuah negara yang unggul dalam bidang olahraga, maka negara harus bisa menyetel kondisi keuangan dan pembiayaan demi mencapai target tersebut.
"Kalau memang ingin menjadi yang terunggul di Asia Tenggara, levelnya harus disesuaikan dengan seberapa besar dana yang kita punya," kata Soetjipto.
Menurut dia, dengan mengatur Indonesia menjadi yang paling unggul di regional Asia Tenggara (SEA Games) maka secara otomatis akan menaikan peringkat di tingkat Asian Games.
"Misalnya saja kita bisa mengalahkan Thailand atau Malaysia saja lah, wah pasti peringkat kita bisa naik ke delapan Asia. Karena untuk peringkat Asian Games, di atas kita ada dua negara itu," tuturnya.