REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pascapembakaran patung Arjuna memanah, Pemkab Purwakarta akan menata ulang Situ Wanayasa. Tak tanggung-tanggung, anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 15 miliar. Dalam penataan itu, pemkab juga akan membangun lagi patung pengganti yang dibakar tersebut.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, Situ Wanayasa tersebut awalnya milik PJT II Jatiluhur. Namun, saat ini kewenangannya sudah dilimpahkan ke Pemkab Purwakarta. Dengan begitu, pemkab berkewajiban menata situ tersebut."Akan kita tata supaya lebih cantik lagi," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Jumat (12/2).
Salah satunya, dengan mengganti gapuran dan pagar besi. Serta, membangun lagi patung pengganti Arjuna yang sudah dibakar pihak tak bertanggungjawab.
Patung pengganti Dedi mengatakan akan ada dua. Yaitu, patung Syahbandar yang merupakan tokoh pencak silat asli Wanayasa. Serta, patung Hanoman yang dikelilingi Domba Garwa yang merupakan perpaduan Garut-Purwakarta."Patung Hanoman itu, kita simpan di tengah-tengah situ. Sambil dikelilingi keran yang bisa mengeluarkan air dengan api," ujar Dedi.
(Baca Juga: Patung Arjuna di Purwakarta Sengaja Dibakar?)
Dengan penataan situ ini, diharapkan Wanayasa akan menjadi salah satu kawasan pariwisata yang lebih populer kembali. Selain penataan situ, pihaknya juga akan menata penjual Satai Maranggi. Penataan satai ini, lebih mengedepankan pada tampilan daging yang ditusuk tersebut.
Dia mengatakan ke depan Satai Maranggi Wanayasa harus ada standarisasinya. Yaitu, dagingnya diperbanyak, lemaknya dikurangi. Saat ini, dari empat potong satai tersebut, terdiri dari sekerat daging, dan tiga kerat lemak.
"Nanti, diubah komposisinya, dagingnya tiga kerat, lemaknya sekerat saja. Hal ini, untuk menjaga kesehatan konsumen," ujar Dedi.
Sementara itu, Sarinah (28 tahun), pedagang Satai Maranggi Situ Wanayasa, mengatakan, selama ini pedagang mengambil satainya dari bandar. Setusuknya dihargai Rp 1.000. Oleh pedagang, dijual lagi jadi Rp 1.500 per tusuk. Adapun komposisinya, sekerat daging dan tiga kerat lemak.
"Sekarang sudah ada himbauan dari bupati, kami akan mengubah penampilan satai ini. Tapi, kalau dagingnya banyak, tentu harganya akan ikut naik," ujarnya.