REPUBLIKA.CO.ID, ALLEPO -- Para pemimpin dunia telah mengakui kemungkinan berhasilnya rencana untuk menghentikan “penyanderaan” di Suriah yang dilakukan oleh pemberontak.
Dalam seminggu ini pasukan pemerintah Suriah terus membuat kemajuan penting untuk memperketat cengkeraman mereka di sekitar Aleppo.
Pasukan pemerintah, yang didukung oleh serangan udara Rusia dan pejuang yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad, kembali menguasai kota al-Tamoura dan beberapa bukit-bukit sekitarnya yang terletak di pinggiran utara Aleppo.
Berkat serangan tersebut pasukan pemerintah sekarang lebih dekat untuk memotong salah satu rute pasokan utama pemberontak Suriah, yang masih menguasai sebagian besar kota Aleppo.
"Unit Angkatan Darat, bekerjasama dengan pasukan pendukung, mempulihkan keamanan dan stabilitas ke desa al-Tamoura di pedesaan utara Aleppo," kata kantor berita SANA, seperti yang dilansir dari Aljazirah, Ahad (14/2).
Seorang aktivis Suriah di perbatasan Turki-Suriah Sami Kekhia mengonfirmasikan bahwa al-Tamoura sudah kembali dikuasai pasukan pemerintah, namun pemberontak kembali berontak hingga pertempuran kembali berlangsung.
Pemerintah Suriah melancarkan serangan besar dari utara Aleppo dan merebut beberapa kota strategis penting awal bulan ini. Serangan itu telah menyebabkan perpindahan lebih dari 50.000 warga sipil dari Aleppo, puluhan ribu di antaranya telah mengumpul di kamp-kamp di perbatasan Turki.
Abu Thaer al-Halabi, kepala kantor media yang dikuasai pemberontak Aleppo, mengatakan kepada sebagian besar warga yang tinggal pinggiran utara Aleppo ini telah dievakuasi.
"Situasi kemanusiaan di Aleppo mengerikan. Kami kehabisan persediaan dan sumber daya yang sangat terbatas. Orang-orang melarikan diri dari rumah mereka dan menuju ke arah utara atau barat Turki menuju pinggiran kota Idlib," katanya.
Ia mengatakan apa yang pemerintah Suriah berusaha lakukan ialah mendorong lebih jauh ke selatan dan mengontrol jalur suplai yang menghubungkan wilayah utara ke daerah-daerah barat. Sebagai imbalannya pemerintah akan mengepung kota Aleppo menghalangi itu dari Nubul dan Zahra.
"Bentrokan berat masih terjadi karena pemberontak mencoba untuk merebut kembali kota al-Tamoura," tambah Halabi.
Karena situasi semakin memburuk di Aleppo awal pekan ini, kekuatan dunia - termasuk Amerika Serikat, Rusia, Iran dan Arab Saudi - setuju untuk “menghentian permusuhan" di Suriah. Genjatan senjata kekuatan dunia ini diharapkan mampu menjadi jembatan untuk membuka perdamaian di Suriah.
Di sebuah konferensi keamanan di Munich Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan genjatan senjata akan membuka peluang sebesar 49 persen menghentikan perang di Suriah. Ditanya pertanyaan yang sama, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan ada peluang 51 persen.
Komentar-komentar tersebut setelah ada publikasi wawancara dengan Presiden Assad, di mana pemimpin Suriah tersebut mengatakan pasukan bersenjata akan mencoba untuk merebut kembali seluruh negara tanpa ragu-ragu.