Rabu 17 Feb 2016 16:35 WIB

Pemerintah Sering Gagal Menggusur Kalijodo

Rep: Lintar Satria/ Red: Ilham
Suasana kawasan kawasan Kalijodo, Jakarta, Rabu (17/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Suasana kawasan kawasan Kalijodo, Jakarta, Rabu (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti dalam bukunya yang berjudul, Geger Kalijodo, mengungkapkan, pemerintah sudah berkali-kali melakukan pembongkaran terhadap permukiman liar di kawasan ini. Sepanjang tahun 2002, tercatat sudah beberapa kali Pemerintah Daerah DKI Jakarta melakukan penggusuran.

“Penggusuran terbesar atas lapak-lapak judi dan tempat hiburan malam yang dibangun di atas bantaran-bantaran sungai, baik Sungai Banjir Kanal maupun Kali Angke, pernah terjadi pada 25 Januari 2002, setelah pertempuran hebat terjadi di kawasan itu,” katanya dikutip dalam halaman 122 buku tersebut, Rabu (17/2).

Krishna mengatakan, setiap kali terjadi penggusuran, perlawanan sengit dilakukan oleh warga penghuni perumahan liar. Perlawanan dilakukan oleh anggota geng sampai ibu-ibu. Mereka biasanya memblokade jalan masuk dengan perabotan rumah tangga, seperti kursi dan tangga.

“Namun, setelah perjudian dilarang dan tidak beroperasi lagi, pembongkaran lapak-lapak liar berlangsung damai. Hal ini seperti yang terjadi pada Maret 2003 lalu,” katanya.

Dalam bukunya, Krishna menuturkan, pada 2003, penggusuran yang menggunakan alat berat beko berlangsung tanpa ada aksi pengadangan, seperti yang terjadi sebelumnya. Padahal, seperti diberitakan berbagai media massa, aparat Tramtib Jakarta Utara bahkan sempat mempersiapkan dukun-dukun yang didatangkan khusus dari Jawa Timur untuk menghalau para pengacau.

Menurut Krishna, penggusuran terhadap hunian liar sebenarnya hanyalah upaya simtomatis. Karena, warga pendatang yang tak memiliki tempat tinggal itu hanya berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.

“Ketika Kalijodo digusur, mereka berpindah ke bawah jembatan layang menuju Bandara Soekarno-Hatta,” tulisnya lagi.

Krishna menjelaskan, penyebab utama penggusuran adalah pertambahan jumlah penduduk, terutama disebabkan oleh arus urbanisasi yang meningkat pesat sejalan dengan semakin lancarnya sarana transportasi.

Bagi penduduk dari luar Pulau Jawa, daerah Penjaringan menjadi tempat strategis mengingat letaknya yang tak jauh dari Pelabuhan Tandjung Priok, tempat mereka pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement