REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Organisasi perserikatan bangsa-bangsa yang berperan dalam kepedulian anak-anak (UNICEF) menyatakan, hampir satu juta anak di seluruh Afrika timur dan selatan menderita kekurangan gizi akut berat. Fenomena kekurangan gizi terjadi setelah dua tahun kekeringan dan fenomena El Nino yang terkuat dalam 50 tahun.
Anak-anak di wilayah ini menghadapi kekurangan makanan dan air. Belum lagi kenaikan harga yang memperburuk situasi karena para keluarga terpaksa kekurangan makanan dan menjual barang-barang.
Kekurangan gizi akut yang parah didefinisikan sebagai kelaparan ekstrem, menyebabkan berat badan sangat rendah ketika dibandingkan dengan rasio tinggi badan.
"Fenomena cuaca El Nino akan berkurang, tetapi mengorbankan anak-anak dan akan dirasakan selama bertahun-tahun yang akan datang," kata direktur regional UNICEF Leila Gharagozloo-Pakkala, Rabu (17/2) seperti dikutip dari laman News 24.
Ia menambahkan, pemerintah setempat memang merespons dengan sumber daya yang tersedia, tetapi ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ‘’Kelangsungan hidup anak tergantung pada tindakan yang diambil hari ini,’’ ujarnya.
Badan ini menyerukan bantuan kemanusiaan senilai 87 juta dolar AS untuk Ethiopia, 26 juta dolar AS untuk Angola, dan 15 juta dolar AS untuk Somalia. Lesotho, Zimbabwe, dan sebagian besar Afrika Selatan telah menyatakan keadaan darurat kekeringan.
Baca juga, Kemarau, Rakyat Ethiopia Butuh Bantuan Makanan.
Sementara di Ethiopia, jumlah orang yang membutuhkan bantuan pangan diperkirakan meningkat 10 juta hingga 18 juta orang tahun ini. Kemudian Malawi sedang menghadapi krisis terburuk makanan dalam sembilan tahun, dengan 2,8 juta orang (lebih dari 15 persen dari populasi) berisiko kelaparan. Selain itu angka gizi buruk akut telah meningkat dua kali lipat hanya dalam dua bulan.
Bulan lalu Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan, 14 juta orang di seluruh Afrika bagian selatan menghadapi kelaparan setelah kekeringan berkepanjangan akibat gagalnya panen. WFP mengatakan, harga jagung di Malawi adalah 73 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata.