REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Angka kekerasan seksual terhadap anak dan remaja di Kota Bekasi mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015. Pada awal 2016, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Bekasi, mencatat ada sembilan kasus pelecehan seksual terhadap anak.
"Hingga Februari 2016, ada sebanyak 9 kasus. Sementara, di 2015 ada 2 kasus pelecehan seksual dari jumlah 71 kasus terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan," kata Ketua P2TP2A Kota Bekasi, Lilik Wakhidah, di Balai Patriot Kantor Walikota Bekasi, Kamis (18/2).
Lilik menambahkan, realita di lapangan bisa jadi lebih besar. Sebab, catatan itu hanya merekam kasus-kasus yang dilaporkan kepada instansi terkait di bidang kekerasan perempuan dan anak di Kota Bekasi. Ia menyadari masih banyak kasus yang belum dilaporkan, terutama yang menyangkut pihak keluarga dan orang-orang terdekat di keluarga.
Menurut Lilik, sejumlah aksi kekerasan seksual terhadap anak justru terjadi di dalam lingkungan rumah tangga. Pelakunya orang yang dekat dengan anak. Fakta ini menimbulkan tantangan tersendiri dalam upaya antisipasi dan penindakan kasus pelecehan seksual terhadap anak.
Melihat adanya tren kenaikan jumlah kasus tersebut, di awal tahun 2016, Pemerintah Kota Bekasi terus melakukan upaya pencegahan. Salah satunya, Kamis (18/2) kemarin, P2TP2A Kota Bekasi bekerja sama dengan Politeknik LP3A Jakarta menggelar workshop penanggulangan pornografi pada remaja. Workshop dihadiri sekitar 200 peserta, termasuk guru-guru SMA/SMK Negeri dan Swasta.
Lilik menjelaskan, selain orang tua, guru-guru di sekolah punya andil besar dalam memberikan bekal kepada anak mengenai bahaya pornografi. Pembekalan dan pembinaan ini perlu dilakukan karena anak usia sekolah sedang memasuki masa tumbuh kembang, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Ia juga menyadari perkembangan teknologi melalui internet memberikan kontribusi besar terhadap penyebarluasan pornografi. Jika tidak diawasi, anak berpotensi bebas melihat konten-konten di internet yang berbau pornografi. Menurutnya, orang tua dan guru di sekolah berperan penting dalam membimbing dan mengarahkan anak berperilaku positif, alih-alih menonton pornografi.
"Akses dari konten pornografi bisa berupa gambar maupun keping vcd porno. Ada kasus seperti pihak terdekat anak melihat video dan yang menjadi korban cucunya sendiri. Itu sangat kita sesalkan dan kita harap tidak terjadi lagi," kata Lilik berharap.