REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Pembela hak-hak LGBT, Hartoyo, mengaku selama ini ada bantuan anggaran untuk kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Namun, sejak isu LGBT mencuat, dana-dana bantuan untuk program LGBT tersebut disetop.
"Pemerintah ada memberikan bantuan seperti Kementrian Sosial, Kementrian Kesehatan, dari asing juga. Jika ada atas nama LGBT, oleh pemerintah disetop, bantuan untuk kami tidak diperpanjang," kata dia dalam Talkshow LGBT "Beda Tapi Nyata" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (20/2). (Hartoyo Ingin Ajukan UU Terkait Perlindungan LGBT).
Dia mengaku asing mengucurkan dana untuk LGBT, tetapi jumlahnya sangat kecil. Global Fund juga membantu dana kesehatan untuk gay dan waria.
Dana asing ini digunakan untuk membantu pemenuhan hak-hak dasar LGBT dan kampanye antikekerasan untuk LGBT. Mereka mengaku menggunakan dana asing karena DPR tidak mengucurkan dana untuk kelompok LGBT ini.
Saat ini, kata Hartoyo, untuk membiayai kelompoknya dia harus berjualan kalung manik-manik pelangi yang menjadi simbol LGBT.
Dana gerakan LGBT juga berasal dari United Nations Development Programme (UNDP) dengan program penguatan LGBT bernama the Being LGBT in Asia Phase 2 Initiative (BLIA-2). Priogram ini didukung Kedubes Swedia di Bangkok, Thailand, dan Lembaga Pendanaan AS, USAID.
Dana yang digelontorkan sebesar 8 juta dolas AS atau Rp 107,8 miliar untuk Indonesia, Filipina, Thailand dan Cina dari tahun 2014 hingga 2017.