REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Musyawarah Kerja dan Gotong Royong (MKGR), Zainal Bintang, menjelaskan pembunuhan karakter mewarnai dinamika politik menjelang musyawarah nasional (Munas) Golkar. Hal ini dinilainya menunjukkan konstelasi politik merebut kursi Ketua Umum Golkar semakin ramai.
"Mencuatnya kasus politik uang yang diungkap Nurdin Halid dan ramainya di ranah publik tuduhan gratifikasi kepada Ade Komaruddin (Akom) adalah pertanda pembunuhan karakter semakin kuat," imbuh Zainal, saat dihubungi, Rabu (24/2).
Sejak diputuskan akan ada Munas sejak Januari lalu, ada 17 nama calon Ketum, di antaranya Idrus Marham, Agus Gumiwang Kartasasmita, Ade Komarudin (Akom), dan Airlangga Hartarto. Mereka adalah kader muda yang tak terkait dengan isu korupsi.
Nama Setya Novanto dan Nurdin Halid juga kerap disebut. Setya belakangan ini mendatangi kantor Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) untuk diperiksa terkait dugaan permufakatan jahat. Sedangkan Nurdin dikenal bermanuver dalam Munas Bali mengondisikan DPD I Golkar.
Zainal menjelaskan posisi Ketua Umum Golkar adalah prestise. Menjadi Ketua Umum Golkar akan menjadi pengendali Parpol yang menjadi pemenang kedua memiliki Pemilu dan pemilik 91 suara di DPR RI.
Pelaksanaan musyawarah nasional (Munas) disepakati akan diselenggarakan antara Maret dan April 2016. Kesepakatan itu telah menjadi wahana rekonsoliasi dua kubu yang berseteru selama ini, yaitu kubu Munas Golkar Bali (ARB) dan Kubu Munas Golkar Jakarta (Agung Laksono).