REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Akademisi Universitas Andalas Padang Sari Lenggogeni menilai Sumatera Barat perlu memetakan segmen pariwisata agar target wisatawan yang dibidik jelas.
"Apakah satuan perangkat kerja daerah pengelola pariwisata di kabupaten dan kota sudah tahu pasar pariwisatanya, segmen apa yang dibidik, jangan sampai membuat suatu produk lalu berharap semua orang datang," ujarnya di Padang, Senin (29/2).
Ia menyampaikan hal itu pada diskusi publik Tantangan dan Potensi Sumbar pada Era MEA diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia Sumbar didukung Bank Mandiri dalam rangka peringatan hari pers nasional.
Menurut dia pengelola pariwisata harus memetakan segmen pasar untuk tahu siapa target, bagaimana kondisinya dibandingkan pesaing, serta mencari tahu produk wisata yang dibuat apakah sudah memiliki nilai lebih dibandingkan yang lain.
Ia melihat selama ini sering digemborkan banyak wisatawan yang datang tapi tidak jelas siapa yang datang itu.
Padahal berdasarkan data, segmen pasar terbesar wisatawan Sumbar berasal dari Malaysia mencapai 77 persen diikuti Australia 4,1 persen, Singapura dua persen dan Perancis 0,07 persen, sebutnya.
"Apakah pengelola sudah tahu karakter wisatawan asal Malaysia, kemana berbelanja dan kemana berkunjung," lanjutnya.
Ia mengatakan hampir sebagian besar wisatawan Malaysia muslim dan suka berkunjung bersama keluarga atau dalam kelompok besar yang mencintai ekowisata yang akan datang kembali
Sementara, wisatawan asal Australia sebagian besar berkunjung untuk olahraga selancar. "Yang jadi pertanyaan sudahkah karakter wisatawan tersebut dipelajari sehingga jelas wisatawan Malaysia hendak diapakan, wisatawan Australia dilayani seperti apa," kata dia.
Kemudian Sari melihat persoalan yang menonjol selama ini dalam membangun pariwisata adalah membangun kesadaran masyarakat agar sadar wisata.
"Jangan sampai sudah capek mengajak orang berkunjung, tiba di Sumbar wisatawan diperas, membayar mahal sehingga mereka tidak akan mau kembali lagi," katanya.
Ketidakpuasan dan persepsi risiko saat orang berwisata ke Sumbar tinggi, ini ditambah risiko daerah rawan bencana, lanjut dia. Lalu ia menyarankan Dinas Pariwisata perlu memiliki website yang memuat dengan jelas informasi yang terintegrasi sehingga jika ada turis yang hendak berkunjung jelas hendak kemana dan memilih tujuan wisata apa.