REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dianggap paling diunggulkan dalam pemilihan gubernur (Pilgub) 2017 mendatang. Hingga kini belum ada sosok yang mampu menandingi popularitas dan elektabilitas Ahok sebagai orang nomor 1 DKI.
Pengamat politik dari Universtas Diponegoro (UNDIP) Semarang Teguh Yuwono mengatakan, posisi Ahok masih di atas angin. “Meski seandainya partai-partai besar mengusung calon, belum tentu menang melawan Ahok,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (2/3).
Dalam ajang Pilgub 2017, kata dia, partai-partai besar cenderung kalah sebelum berperang. Ahok memang kerap melontarkan kata kasar, namun sikapnya tersebut tak membuatnya kehilangan simpati publik. Sebab di sisi lain, Ahok dikenal dengan sosoknya yang berani ambil risiko dan tegas mengambil keputusan.
Terbukti, penertiban pedagang kaki lima (PKL) di Tanah Abang dan kawasan Kalijodo mampu ia tuntaskan. Keberaniannya mengambil kebijakan dan komitmen tidaklah mudah ditiru para pesaingnya.
Dalam Pilgub tahun depan, Ahok berencana berpasangan dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Namun hingga kini belum ada restu dari PDIP, partai tempat Djarot bernaung. Menurut Teguh hal itu wajar.
“PDIP dari dulu begitu, kalau mengambil keputusan suka di menit terakhir,” kata dia. Saat ini, Ahok sudah mengantongi dukungan dari Partai Nasdem.
(Baca: Nasdem: Ahok Perlu Dengarkan Aspirasi Komunitas Muslim)