REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) diharapkan mampu menjawab berbagai problematika kekinian yang terjadi di dunia Islam. Sudah semestinya pertemuan tersebut tidak hanya berupa pertemuan seremonial belaka.
Apalagi, problematika dunia Islam hari ini semakin kompleks dan membutuhkan perhatian dan penyelesaian. "Problematika dunia Islam itu banyak. Kalau tidak diperhatikan dan dicarikan solusinya, dunia Islam diyakini akan semakin tertinggal," ujar Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay.
Menurut dia, ada beberapa isu penting yang perlu dibicarakan dalam konfrensi tersebut. Pertama yakni soal tindak lanjut untuk mewujudkan perdamaian dan kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Keterlibatan OKI dalam pembebasan Palestina adalah suatu keharusan. Sudah terlalu lama bangsa Palestina dirundung nestapa. Harus ada kebijakan strategis, holistik, komprehensif yang dimotori oleh negara-negara OKI.
Kedua, arus dan gelombang demokratisasi yang terjadi di kawasan Timur Tengah harus berjalan secara damai. Konflik-konflik kepentingan yang terjadi pada tingkat internal dan eksternal negara-negara di kawasan itu tidak semestinya mengorbankan rakyat tidak berdosa.
Ketiga, perkembangan gerakan radikalisme dan terorisme yang disinyalir terjadi di dunia Islam harus ditangani secara baik. Perlu ada gerakan bersama untuk melawan radikalisme dan terorisme itu. OKI bisa memprakarsai gerakan tersebut dengan melibatkan negara-negara lainnnya.
Keempat, peningkatan jumlah pengungsi dari kawasan Timur tengah ke Eropa, Amerika Serikat (AS), Australia, dan Kanada pada titik tertentu bisa menimbulkan persoalan baru. Faktanya, ada banyak pengungsi yang menerima perlakuan tidak baik. Di samping itu, gelombang pengungsi telah menyuburkan gerakan Islamophobia di negara-negara tujuan pengungsi tersebut.
Saleh menyebut berhubung pelaksanaan KTT ini di Jakarta, Indonesia tentu bisa melakukan upaya-upaya diplomatik sehingga persoalan-persoalan tersebut bisa diatasi. "Kita tidak boleh kehilangan momentum. Kalau semuanya bersatu, tentu ada jalan keluar dan solusi," kata politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.