REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi menutup Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang membahas tentang Palestina dan Al-Quds Al Sharif.
"Dengan ini KTT Luar Biasa OKI ke-5 tentang Palestinda dan Al-Quds Al Sharif secara resmi saya nyatakan ditutup," katanya saat menutup KTT itu di Balai Sidang Jakarta, Senin (7/3), yang kemudian mengetuk palu tanda berakhirnya pertemuan tingkat tinggi itu.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh perwakilan negara-negara anggota OKI yang telah menghadiri KTT itu. "Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang mulia dan para hadirin sekalian atas kehadiran dan kontribusi aktif dalam KTT ini," jelasnya.
Jokowi juga menyampaikan agar semua negara anggota OKI dapat berkumpul kembali pada KTT OKI di Istanbul pada April mendatang. "Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberkati langkah kita semuanya. Terima kasih," katanya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) menyatakan OKI harus menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah.
"Sesuai tema KTT United For A Just Solution, OKI harus menjadi bagian dari solusi, dan bukan bagian dari masalah," kata Presiden Jokowi di JCC Jakarta, Senin.
Ia menegaskan, OKI dibentuk karena adanya kebutuhan mendukung perjuangan Palestina. Untuk itu, kata Jokowi, apabila OKI tidak bisa menjadi bagian dari solusi Palestina, maka keberadaan OKI menjadi tidak relevan lagi.
"Sekali lagi menjadi tidak relevan lagi," kata Presiden Jokowi mengulangi kalimatnya sebagai penegasan.
KTT-LB OKI dihadiri oleh 55 perwakilan negara dan pemerintah guna membahas dua dokumen soal Palestina dan Al Quds Al Syarif (Kota Suci Yerusalem), yaitu dokumen resolusi dan deklarasi, yang diselenggarakan pada 6-7 Maret 2016.
Dokumen resolusi akan berisi konfirmasi kembali negara-negara OKI dengan fokus Palestina dan Yerusalem yang menjadi lokasi Masjidil Aqsa. Sementara itu, dokumen deklarasi akan lebih padat dan singkat, berisi mengenai langkah konkret ke depan untuk menindaklanjuti hal-hal yang disepakati oleh negara-negara OKI terkait dengan Palestina dan Yerusalem.
"Pertemuan hari ini adalah untuk memperkuat 'outcome' dokumen yang akan dibahas para kepala negara-pemerintahan besok 7 Maret 2016," kata Menlu RI
Selain itu, Pertemuan Luar Biasa OKI ini adalah bagian dari peran aktif Indonesia di dunia Internasional sebagai pilar ke-empat prioritas politik luar negeri Indonesia," ujarnya dalam pernyataan pers seusai pertemuan luar biasa tingkat menteri ke-5 OKI untuk Palestina dan Al Quds Al Sharif.