Senin 07 Mar 2016 22:36 WIB

Wagub Jatim 'Nobar' Gerhana Matahari di Masjid Al-Akbar

Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf menjelaskan tentang persiapan Muktamar ke-33 NU di kantor PWNU Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (23/7)
Foto: ANTARA FOTO/Herman Dewantoro/
Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf menjelaskan tentang persiapan Muktamar ke-33 NU di kantor PWNU Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (23/7)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf akan mengikuti "nobar" (nonton bareng/bersama) gerhana matahari di Masjid Al Akbar Surabaya pada Rabu, 9 Maret 2016.

"Saya bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan jamaah umat muslim akan nonton bersama di Masjid Al Akbar (MAS) mulai pukul 06.00-08.00 WIB," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Senin.

Sebelum menonton bersama, orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut terlebih dahulu mengikuti shalat gerhana yang diimami oleh Ketua MUI Jatim KH Abdusshamad Bukhari.

Di sana, kata dia, Pemprov Jatim akan menyiapkan alat khusus untuk merekam detik demi detik proses gerhana matahari di Masjid Al Akbar, kemudian disalurkan ke delapan unit televisi dan layar lebar yang dipasang di kompleks masjid.

Kepada warga Muslim di Surabaya dan sekitarnya, ia mengimbau untuk mendirikan shalat gerhana sesuai tuntunan yang diajarkan agama.

"Kepada warga secara umum, silakan menikmati fenomena alam yang merupakan kekuasaan Allah SWT ini," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tersebut juga menerima informasi bahwa masyarakat tidak dianjurkan untuk melihat gerhana matahari mata telanjang karena bisa berpengaruh ke mata, namun menggunakan media seperti kacamata khusus atau sejenisnya.

"Silakan datang ke Masjid Al Akbar. Meski bukan warga Muslim, bisa melihat fenomena langka ini dari layar lebar yang disiapkan di beberapa titik di sekitar masjid," kata mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor tersebut.

Sementara itu, dalam kegiatan yang bekerja sama dengan PWNU Jatim tersebut, Lembaga Falaqiyah PWNU Jatim menyiapkan Teleskop Explore Scientific ED 80 mm untuk memantau pergerakan matahari.

Dalam kesempatan itu juga akan dibagikan 1.000 kacamata gratis yang diproduksi menggunakan filter khusus dan mampu meredam intensitas cahaya matahari hingga 100.000 kali.

"Namun pemakaian tidak boleh terus menerus melebihi 2 menit. Saat melihat matahari, kacamata ini tidak boleh dilepas," kata Humas Masjid Al Akbar Surabaya Helmy M Noor.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement