REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1938, ummat Hindu di Bali melangsungkan pawai ogoh-ogoh, pada Selasa (8/3) petang. Pawai ogoh-ogoh sudah dimulai sejak 17.00 Wita dan akan berakhir sekitar 21.00 Wita.
"Ada sekitar 400 ogoh-ogoh yang terdaftar yang ikut diparadekan, tapi yang kecil-kecil dan bersifat spontanitas juga ada, sehingga jumlahnya bisa mencapai 800-an," kata Kabag Humas Pemkot Denpasar, Ida Bagus Rahoela.
Kepada Republika.co.id, Rahoela mengatakan, pawai ogoh-ogoh sejak beberapa tahun terakhir dilangsungkan di masing-masing wilayah desa pakraman dan saat diarak, tidak boleh melewati batas desanya.
Sebelumnya kata Rahoela, pawai ogoh-ogoh dipusatkan di Lapangan Puputan Badung, namun sekarang hanya dilakukan di lingkungan masing-masing.
Ogoh-ogoh adalah boneka berukuran raksasa dengan berbagai wujud yang dibuat dari gabus dan diberi warna dengan cat. Boneka semacam ondel-ondeI itu dibawa berkeliling desa dan kemudian setelah pawai, ogoh-ogohnya dibakar dan dimusnahkan.
Rahoela mengatakan, dalam pawai ogoh-ogoh ada dua jenis yang diarak, yakni yang bersifat kreativitas dan ogoh-ogoh yang dilombakan.
Ogoh-ogoh yang dilombakan sebanyak 132 buah, akan dipilih 32 ogoh-ogoh menjadi yang terbaik. Ogoh-ogoh yang terbaik itu sebut Rahoela, akan mendapatkan dana pembinaan dari Pemkot Denpasar.
Dari pemantauan, sejak pagi hari sejumlah ogoh-ogoh sudah dipajang di tepi jalan. Sedangkan sejumlah lainnya baru dikeluarkan sekitar 12.00 Wita.
Menurut Rahoela, pawai ogoh-ogoh diharapkan sudah berakhir sekitar 21.00 Wita, karena antara 22.00-23.00 Wita, seluruh lampu penerangan jalan akan dipadamkan.
"Sehingga pada Rabu pagi sudah tidak ada lagi lampu penerangan jalan yang masih menyala," kata Rahoela.