Sabtu 12 Mar 2016 13:46 WIB

Partai Diminta Hati-Hati Menyerang Ahok, Ini Alasannya

Rep: C30/ Red: Ilham
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Foto: JAk TV
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto memberikan masukan pada sejumlah partai dalam menghadapi Pilkada 2017, mendatang. Apalagi, kata dia, saat ini Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah menjalankan strategi perangnya dalam mendapatkan simpati masyarakat.

"Saya kasih masukan ke partai politik, semuanya ya, kalau tidak ingin Ahok menang jangan menyerang dia," kata Heri di Warung Daun, Jalan Raya Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/3).

Alasannya, kata dia, saat partai melakukan konflik berhadapan dengan Ahok, maka akan membesarkan nama dia. Karena dalam sudut pandangnya psikologi masyarakt Indonesia justru akan bersimpati pada Ahok.

"Jangan menjurus Ahok (dengan) kekerasan, justru akan melahirkan simpati. Ahok itu politis, hati-hati permainan dimulai," katanya.

Heri mengaku apa yang disampaikannya bukan tidak mendasar. Banyak alasan, kata dia, yang perlu diambil dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, misalnya sejarah sudah lebih dulu berbicara. "Itu sejarah membuktikan, orang disakiti bisa jadi besar," kata Heri.

Ia menjelaskan, apa yang pernah menimpa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pada masanya masih kecil, namun karena dihadapkan dengan partai dan terjadi masalah sehingga membuat namanya menjadi besar.

"Contoh SBY saat itu kecil tapi dihadapkan partai dan masalah, jadi besar, Ahok juga kecil awalnya tapi karena dihadapkan partai dan masalah, jadi besar, jadi jangan membuat polemik kepada Ahok yang mengundang simpatik," katanya.

Ia membocorkan startegi Ahok adalah model strategi kekuatan rakyat. Sehingga dia pun menyarankan supaya di pilkada 2017 agar polemik partai politik lebih sedikit. "Lebih baik mundur satu langkah untuk maju tiga langkah," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement