Selasa 15 Mar 2016 15:25 WIB

Darmin: Ekspor Naik Bukan Berarti Ekonomi Membaik

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
 Menteri Perekonomian Darmin Nasution berbicara saat diskusi dengan awak media di kantornya, Jakarta, Rabu (9/9).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Menteri Perekonomian Darmin Nasution berbicara saat diskusi dengan awak media di kantornya, Jakarta, Rabu (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa nlai ekspor Indonesia pada Februari 2016 mencapai 11,30 miliar dolar AS. Nilai ini meningkat 7,80 persen dibandingkan nilai ekspor pada Januari 2016. Namun nilai ini justru menurun dibanding Februari 2015 sebesar 7,18 persen.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, peningkatan ekspor yang terjadi di bulan Februari memang baik. Ini ditunjang dengan perbaikan harga meskipun tidak menyeluruh.

"Saya belum lihat rinciannya, yang saya tahu  surplus migasnya ada sedikit saja, yang nonmigasnya ini lebih besar," ujar Darmin di kantornya, Selasa (15/3).

Menurut Darmin, saat ini tren perekonomian Indonesia memang cukup bagus dalam ekspor karena ada peningkatan. Namun dari sisi impor Indonesia masih mengalami penurunan. Hal ini dipastikan Darmin, jelas akan membuat nerasa perdagangan di bulan Februari 2016 menjadi surplus.

Darmin menuturkan, peningkatan ekspor yang terus bergerak positif di awal tahun ini memang menunjukan tanda-tanda perkemmbangan perekonomian yang berkesinambungan. Meski demikian, Darmin menilai perbaikan ini belum seutuhnya berjalan baik. Sebab nalai impor Indonesia jutru masih turun.

Nilai impor Indonesia Februari 2016 mencapai 10,16 miliar dolar AS atau turun 2,91 persen apabila dibandingkan Januari 2016. Hal ini juga menurun dibanding Februari 2015 yang turun mencapai 11,71 persen.

"Tapi sebetulnya kalau perekonomian kita bergerak naik, nilai impor mestinya pelan-pelan juga naik," ungkap Darmin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement