REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maarif Institute telah melaksanakan program "Maarif Fellowship 2015". Ini adalah kali kedua Maarif Institute merampungkan programnya tersebut setelah dilaksanakan perdana pada 2013 lalu.
Direktur Riset Maarif Institute Ahmad Imam Mujaid Rais mengungkapkan tujuan dilaksanakannya program fellowship adalah untuk mengkader dan memunculkan peneliti-peneliti muda dari kalangan mahasiswa. "Kita ingin melakukan kaderisasi intelektual pada kaum muda Indonesia untuk menjadi intelektual yang kritis, mencerahkan, dan memihak pada kemanusiaan dan keadilan sosial," tuturnya di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (16/3).
Selain itu, Maarif Institute, melalui program fellowship nya, kata dia, ingin mewadahi potensi-potensi kreatif anak mudah Indonesia untuk berpartisipasi dalam memecahkan problem sosial keagamaan. "Terutama yang terjadi di Tanah Air," ujar Ahmad.
Terakhir, "Maarif Fellowship" diharapkan memperkuat tradisi riset dan penulisan ilmiah yang berbasis pada penelitian yang mumpuni. Serta pembacaan sumber-sumber otoritatif dan diskusi yang intensif, serta serius.
Pada 2015 lalu, melalui program tersebut, Maarif Institute telah mendapatkan dua peneliti muda asal Universitas Gajah Mada, yakni Rizky Alif Alvian dan Tadzkia Nurshafira. Kedua juga telah menuntaskan penelitiaan berlatar belakang fenomena sosial keagamaan, dengan tema besar "Fenomena Sektarianisme di Indonesia".