Rabu 16 Mar 2016 19:31 WIB

Survei: Akom Teratas dalam Bursa Caketum Golkar

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Angga Indrawan
Ade Komaruddin (tengah).
Ade Komaruddin (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Golkar Ade Komarudin (Akom), dinilai berada dalam posisi teratas dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN), sebagai bakal calon ketum yang paling diterima publik.

"LSIN melakukan jajak pendapat dalam rangka memperoleh pendapat publik, mengenai kelayakan kandidat Ketum Partai Golkar untuk Munas 2016," kata Yasin Mohammad, Direktur eksekutif LSIN kepada wartawan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/3).

Dalam survei tersebut, Ade Komarudin (Akom) menempati posisi pertama dengan perolehan poin 12,5 persen, diikuti di posisi kedua Idrus Marham 10,8 persen, Aburizal Bakrie (Ical) 9,1 persen, Jusuf Kalla (JK) 8,7 persen, Agung Laksono 7,7 persen, Akbar Tandjung 7,7 persen.

Sementara itu Airlangga Hartarto 6,9 persen, Priyo Budi Santoso 6,8 persen, Setya Novanto (Setnov) 6,5 persen, Azis Syamsudin 5,6 persen, Agus Gumiwang 4,4 persen, Agun Gunandjar 4,1 persen, Tommy Suharto 2,7 persen, Syahrul Yasin Limpo 2,5 persen, Mahyudin 2,0 persen, dan terakhir Alex Noerdin 1,7 persen.

Yasin mengatakan, Survei LSIN menyangkut akseptabilitas atau penerimaan terhadap calon ketua umum partai Golkar pada Munas 2016. Survei tersebut dilakukan dari tanggal 15-29 Februari 2016 yang melibatkan 1.200 responden dari 34 Provinsi di Indonesia. Menurutnya, sebagian besar responden menjawab bila Ade Komarudin paling layak memimpin Partai Golkar. Jika berdasarkan usia, kata Yasin, tokoh tua Golkar yang memiliki akseptabilitas tertinggi adalah Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, dan Agung Laksono.

Salah satu kandidat bakal calon ketua umum Golkar Mahyudin, meragukan hasil survei tersebut. Dirinya bahkan baru mendengar lembaga survei LSIN itu. "Menurut saya, metode yang digunakan saya belum tahu. Margin erornya berapa kita juga tidak tahu," kata Mahyudin saat dihubungi.

Dirinya bahkan mengaku tidak mengetahui lembaga survei tersebut. Wakil ketua MPR itu menduga ada kelompok tertentu yanh memesan survei tersebut demi menciptakan opini publik. "Masa pak JK kalah sama Idrus Marham? Nanti waktu yang akan menjawab, bahwa survei itu tidak akan terbukti," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement