REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad dianuerahi gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Muammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam rapat senat terbuka di Sportorium UMY, Kamis (17/3). Mahathir mendapat gelar kehormatan tersebut karena aktivitasnya di bidang perdamaian dunia dan Islam.
Rektor UMY, Bambang Cipto mengatakan, gelar kehormatan tersebut sangat cocok untuk mantan perdana menteri Malaysia ini. "Bidang perdamaian dan Islam sangat cocok untuk beliau, karena peran dan usahanya menyuarakan perdamaian dan Islam di dunia," kata dia.
Salah satu program yang dilakukan Mahathir untuk usaha perdamaian dunia ini adalah berdirinya Mahathir Global Peace School (MGPS). Program ini merupakan kerja sama UMY dangan Yayasan Perdana Global Peace Foundation (PGPF. Program ini sudah dilaksanakan empat kali .
"Tun Mahathir memang sangat konsen dan benar-benar teguh dalam memegang konsep dan pemikirannyya untuk mewujudkan perdamaian dunia. Karenanya gelar ini sangat cocok untuk beliau," katanya.
Pemberian gelar Doktor HC ini menurut Bambang juga sebagai kontribusi UMY untuk dunia. Gelar ini pun, menurut Bambang, baru pertama diberikan pada aktivis perdamaian dunia.
Dalam pidatonya pada pemberiana gelar HC tersebut, Mahathir menceritakan kerugian akibat perang dunia pertama dan kedua yang menyebabkan meninggalanya lebih dari 70 juta manusia. Perang yang terjadi di Timur Tengah juga menyebaban kerugian tidak sedikit. Ribuan ibu dan anak-anak meninggal. Karena itulah pentingnya perdamaian dunia, gerakan perdamaian dunia.
Mahatir sendiri baru pertama memperoleh gelar doktor HC dibidang perdamaian dunia tersebut. "Penganugerahan ini punya makna yang besar bagi saya karena ini berarti apa yang sudah saya kerjakan selama ini diakui oleh salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Saya tentu bangga dan berterima kasih," kata Mahathir usai penganugerahan tersebut.