REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) akan menyambut hari jadinya yang ke-54 pada 28 Maret mendatang. Sebuah acara kesenian bertajuk "Anugerah Saptawikrama Lesbumi PBNU" pun digelar di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (24/3).
Ketua Umum Lesbumi PBNU Agus Sunyoto mengatakan awal mula dibentuknya Lesbumi adalah karena munculnya kegelisahan masyarakat seni budaya Indonesia akibat menegangnya persaingan kubu Lembaga Kesenian Rakyat
(Lekra) dan Manifesto Kebudayaan (Manikebu). "Lesbumi lahir berada di antara keduanya dan tidak berpihak ke kubu manapun," jelasnya ketika memberikan pidato sambutan.
Namun, kiprah dan eksistensi Lesbumi harus dibungkam pada 1966. Sebab, memasuki era Orde Baru, Lesbumi dianggap tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah kala itu.
Pada 2001, pascatumbangnya Orde Baru, ide untuk membangkitkan kembali Lesbumi dibahas dalam Muktamar PBNU. Tiga tahun kemudian, Lesbumi pun aktif kembali sebagai lembaga yang menghimpun ragam penggiat seni, seperti pelukis, pekerja film, sastrawan, serta ulama, di bawah naungan PBNU.
Agus menerangkan, sejak awal didirikan hingga saat ini, Lesbumi konsisten memadukan seni budaya dan religi. "Karena keduanya merupakan satu kesatuan yang hidup dan menghidupi masyarakat di nusantara," ucapnya.
Ia mengungkapkan saat ini Lesbumi tengah aktif mengumpulkan ribuan manuskrip guna menelisik dan melembagakan kembali kepribadian autentik Islam nusantara. Sebab saat ini, lanjutnya, Indonesia sedang menghadapi serbuan budaya dan kesenian asing yang membuat masyarakat lupa jati dirinya.