REPUBLIKA.CO.ID,MADIUN -- Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre IV Madiun, Jawa Timur, masih minim menyerap gabah dan beras milik petani di wilayah kerjanya akibat kalah bersaing dengan pengepul.
Kepala Bulog Sub Divre IV Madiun, Rahmat Syahjoni Putra, kepada wartawan, Kamis, mengatakan, target serapan gabah di wilayah kerjanya yang meliputi Kabupaten Ngawi, Kabupaten Madiun, dan Kota Madiun pada dua bulan ke depan, April dan Mei, sebesar 50 ribu ton.
"Dari target tersebut, Bulog baru menyerap 1.850 ton gabah kering giling atau sekitar 2 persen dari target," ujar Rahmat Syahjoni Putra seusai acara rapat koordinasi serapan gabah dan beras di aula Markas Kodim 0803/Madiun.
Menurut dia, minimnya serapan gabah dan beras tersebut disebabkan karena bulog kalah bersaing dengan para pengepul dan tengkulak yang lebih intensif melakukan komunikasi dengan petani.
"Apalagi, harga gabah di pasaran saat ini sudah melebihi HPP. Hal itu semakin mempersulit bulog. Sisi lain, kualitas gabah yang dimiliki petani terkadang juga dibawah standar yang ditentukan HPP, sehingga bulog tidak dapat menampung karena harus sesuai aturan," kata dia.
Untuk memenuhi target serapan 50 ribu ton beras tersebut, Bulog Madiun akan membuka pelayanan gudang di hari Sabtu maupun Ahad. Diharapkan, dengan jam pelayanan yag lebih lama, petani bersedia menjual gabah dan berasnya ke bulog.
Sementara, Komandan Kodim 0803/Madiun, Letnan Kolonel Infantri, Rachman Fikri, menyatakan TNI juga memiliki permasalahan yang sama dalam melakukan pendampingan penyerapan gabah petani, menyusul berbagai faktor.
"Di antaranya karena sejumlah persyaratan rumit dari bulog yang harus dipenuhi oleh petani. Seperti kadar air yang minim, kondisi karung kemasan, dan lainnya. Hal itu mempersulit petani karena di saat hujan seperti ini kadar air dalam gabah selalu tinggi," kata Fikri.
Ia menjelaskan, target pendampingan serapan beras yang dibebankan Kodim Madiun selama dua bulan ke depan mencapai 13.922 ton beras dari 50 ribu ton beras. Sejauh ini, baru terealisasi 0,56 persen dari target.
Faktor kendala lainnya adalah, harga gabah kering panen di lapangan yang berkisar Rp3.800 sampai Rp4.650 per kilogram, padahal sesuai HPP, bulog hanya membeli gabah petani Rp3.700 per kilogram. "Jelas, petani akan memilih menjual ke orang yang memberi untung," kata dia.
Untuk itu, Kodim 0803/Madiun berniat mendirikan posko bersama serapan beras tahun anggaran 2016, yang didalamya melibatkan pemerintah daerah serta Bulog Divre Madiun. Dengan posko tersebut diharapkan, komunikasi dengan petani lebih intensif sehingga pemda, bulog, dan TNI mengerti apa yang diinginkan petani.