REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Kabinet Pramono Anung membenarkan kelompok yang menyandera 10 WNI di Filipina meminta uang tebusan. Pemerintah menduga, kelompok tersebut adalah kawanan perampok.
"Yang jelas ini dilakukan kelompok perampok karena mereka meminta tebusan uang," ucap Pramono di gedung Sekretariat Negara, Selasa (29/2).
Namun begitu, pemerintah belum dapat memastikan apakah perampok tersebut memiliki hubungan dengan kelompok radikal Abu Sayyaf yang bermarkas di Filipina atau tidak.
Pemerintah, kata Pramono, sedang mempelajari dugaan-dugaan tersebut dengan hati-hati. Saat ini, Kementerian Luar Negeri, Kepolisian dan TNI terus melakukan koordinasi untuk mengupayakan pembebasan 10 WNI yang menjadi sandera.
"Pemerintah juga sedang mengkoordinasikan agar bisa dilakukan penangkapan kepada orang yang melakukan penyanderaan. Karena bagaimanapun mereka telah melakukan tindakan kriminal di wilayah NKRI," ucapnya.
Dua kapal berbendera Indonesia dibajak saat melakukan perjalanan dari perairan Kalimantan Selatan menuju Filipina. Sebanyak 10 WNI yang menjadi awak kapal tersebut ikut disandera.
Pemilik kapal baru mengetahui kapalnya dibajak saat menerima telepon pada 26 Maret lalu. Penelepon mengaku salah satu anggota kelompok Abu Sayyaf.