Kamis 31 Mar 2016 16:07 WIB

'Anggaran Perpustakaan DPR Rp 570 M Terlalu Mahal'

Rep: Agus Raharjo/ Red: Bayu Hermawan
Achmad Dimyati Natakusumah
Foto: Republika/ Rakhmawaty La'lang
Achmad Dimyati Natakusumah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan DPR RI berniat membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara. Anggaran yang akan digunakan untuk membangun perpustakaan parlemen ini sebesar Rp 570 miliar.

Namun, rencana ini bakal terhenti di Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI. Sebab, BURT dipastikan akan realistis terkait pembangunan perpustakaan ini.

Wakil Ketua BURT, Achmad Dimyati Natakusumah menegaskan, sampai saat ini pimpinan DPR belum memberikan masukan terkait pembangunan perpustakaan ke BURT.

Di internal BURT sendiri pembangunan perpustakaan atau lebih tepatnya renovasi gedung perpustakaan memang akan dimasukkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA).

BURT juga belum menyampaikan RKA tahun ini pada sidang paripurna DPR. Namun, yang pasti, BURT tidak akan menganggarkan biaya renovasi perpustakan mencapai Rp 570 miliar.

"Kalau Rp 570 miliar terlalu mahal, kita berharap tidak lebih dari Rp 100 miliar," tegas Dimyati di kompleks parlemen Senayan, Kamis (31/3).

Politikus PPP itu menambahkan, Ketua DPR RI memang boleh menyampaikan usulannya untuk membuat perpustakaan parlemen terbesar se-Asia Tenggara.

Namun, penyampaian usulan tersebut tetap harus melalui mekanisme yang berlaku. Yaitu, diusulkan ke BURT, lalu dirapatkan di Badan Musyawarah (Bamus) baru dilaporkan ke sidang paripurna.

Penentuan pengambilan keputusan apakah usulan pembangunan perpustakaan ini dapat dilanjutkan adalah melalui persetujuan sidang paripurna.

"Di DPR kan sistem kepemimpinan kolektif kolegial, tidak mengenal atasan, pimpinan hanya sebagai speaker," ujarnya.

Dimyati mengatakan kalaupun ada pembangunan perpustakaan tidak, sangat mungkin tidak akan membangun gedung baru. Kalau membangun gedung baru, maka akan dibuat pondasi bangunan yang baru.

Hal itu diakui memang membutuhkan dana yang besar. Jadi, perpustakaan hanya akan direnovasi tanpa menghadirkan gedung baru di kompleks parlemen. Yang paling penting, kata dia, adalah membuat perpustakaan yang bagus dan nyaman.

Kalau perpustakaan bagus dan banyak dikunjungi, koleksi buku dengan cepat mudah bertambah. Perpustakaan parlemen di Amerika juga menampilkan suasana nyaman dan sejuk bagi pengunjungnya.

Masyarakat dapat berkunjung dengan nyaman dan membaca buku dengan jumlah koleksi yang banyak. "Kalau perpustakaan di kita gimana mau rame, tempatnya begitu, bukunya juga kurang," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement