REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelola taksi Express menyatakan siap menyesuaikan tarif baru angkutan menyusul keputusann penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah, Rabu (30/3).
Kendati demikian, perubahan tarif kali ini diperkirakan tidak terlalu besar.
"Kami siap menurunkan tarif, karena memang itu yang diperintahkan Pak Jonan (Menteri Perhubugan Ignasius Jonan--Red)," kata Direktur Operasional Express Group, Herwan Ghozali, kepada Republika, Kamis (31/3).
Ia menuturkan, penurunan tarif taksi nantinya mungkin tidak begitu signifikan. Pasalnya, perubahan tarif angkutan umum tidak bisa ditentukan oleh satu faktor semisal turunnya harga BBM saja.
Masih ada faktor-faktor lain yang turut memengaruhinya, seperti biaya perawatan armada, inflasi ekonomi, dan upah karyawan yang menurut dia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
"Seperti harga suku cadang mobil misalnya, yang ada malah semakin mahal dan tidak pernah turun. Begitu juga dengan UMR (upah minimum regional) yang terus naik setiap tahunnya," ucap Herwan.
Oleh karena itu, kata dia, sulit menurunkan tarif taksi Express menjadi Rp 5.000 per buka pintu seperti dulu lagi. "Paling nanti turunnya tidak begitu jauh dari yang sekarang, Rp 7.000 sekali buka pintu," tuturnya.
Pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga BBM jenis remium dan solar sebesar Rp 500 per liter. Harga baru ini berlaku mulai 1 April 2016 pukul 00:00 WIB.
Harga premium yang semula Rp 6.950 per liter turun menjadi Rp 6.450 per liter. Solar yang sebelumnya Rp 5.650 per liter menjadi Rp 5.150 per liter. Sementara harga minyak tanah tidak mengalami perubahan.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan pun menjanjikan penurunan tarif transportasi umum menyusul pengumunan penurunan harga BBM tersebut.
Untuk itu, Jonan akan mengirim surat kepada semua kepala daerah agar tarif transportasi umum di wilayah masing-masing dapat diturunkan.
"Kurang lebih penurunannya sekitar tiga persen terkait tarif transportasi umum," kata Jonan di Jakarta, Rabu (30/3).