Jumat 01 Apr 2016 11:54 WIB

DPRD: Penerapan ERP Jangan Sampai Menambah Kemacetan

Rep: C21/ Red: Bayu Hermawan
 Petugas dinas perhubungan mengatur kendaraan yang melintas saat  uji coba mesin electronic road pricing (ERP) di Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (30/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Petugas dinas perhubungan mengatur kendaraan yang melintas saat uji coba mesin electronic road pricing (ERP) di Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (30/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta jangan tergesa-gesa dalam menerapkan sistem electronic road pricing (ERP). Menurutnya jika terlalu memaksakan maka bukan tidak mungkin sistem tersebut tetap akan gagal mengurai kemacetan.

"Hal-hal semacam ini seharusnya perlu sosialisasi yang matang. Misalnya sudah masuk tahap transisi akan diberlakukan ERP, kemudian bagaimana mengantisipasi kendaraan dari luar kota, lalu angkutan umum yang disediakan seperti apa," jelasnya, Jumat (1/4).

Ia mengatakan jika tidak ada sosialisasi dan unsur pendukung lainnya, maka sistem pembatasan kendaraan dengan menggunakan ERP tetap tak akan berhasil. Yuke mencontohkan dalam penerapan E-Tol.

Menurutnya meski telah disosialisasikan cukup lama namun tetap saja ada kemacetan di gerbang tol. Untuk itu, ia meminta Pemprov DKI untuk menyiapkan jalur khusus terlebih dahulu, sebagai alternatif, serta sarana penunjang lainnya seperti transportasi umum yang memadai.

"Jangan tiba-tiba dilakukan itu, tanpa sosialisasi yang baik akan tambah macet kan," ujarnya.

Sosialisasi yang baik berguna untuk mereka yang datang dari luar Jakarta dapat mengetahui beberapa wilayah di Jakarta akan ada ERP berbayar. Sehingga mereka dapat menghindari jalan tersebut.

"Pastinya segala sesuatu yang baru pasti menyesesuaikan. Tapi kita berharap next-nya itu lebih akan mengurangi kemacetan," katanya.

Namun jika tidak dapat mengurai kemacetan banyak, menurutnya program tersebut tidak perlu diterapkan lagi. Harusnya apapun program ERP atau lainnya, perlu pengkajian lebih mendalam.  Sistem manual diperlukan karena program ERP masih baru. Tentu saja, sampai program tersebut bisa seperti di Singapura.

Seperti diketahui, rencananya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menghapus aturan 3 in 1 dan mengganti dengan electronic road pricing (ERP) terhitung 5 April 2015 mendatang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement