REPUBLIKA.CO.ID, YOLA -- Perempuan dan anak-anak selalu jadi korban paling rentan dalam segala bentuk teror. Di Nigeria, kelompok teror Boko Haram selalu menyasar mereka. Para perempuan diculik, disandera hingga dijadikan budak.
Mereka bahkan disiksa habis-habisan jika melawan. Sejumlah perempuan berhasil kabur setelah ditahan berbulan-bulan. Tapi pelarian mereka membawa pada masalah lain. Laraba Bitrus adalah seorang pemilik toko kelontong di Gwoza, Nigeria bagian timur laut.
Ia sedang bekerja seperti biasa ketika Boko Haram menginvasi pasar tempat tokonya berada. Tidak tahu harus kabur kemana, Bitrus ditahan dan disekap. Militan Boko Haram tak segan memukulinya dengan cambuk.
Ia bahkan dipaksa menyaksikan pengeksekusian pamannya. Setelah 11 hari ditahan, ia berhasil kabur dengan menyusuri semak-semak menuju wilayah Madagali. Ia tinggal di sana sementara waktu hingga Boko Haram datang menyerang wilayah tersebut.
Ia terpaksa melarikan diri lagi, kali ini lebih jauh ke selatan, Yola yang merupakan ibukota negara bagian Adamawa. Kini ia tinggal di kamp pengungsian Katolik St. Theresa di sana. Lebih dari enam tahun kampanye berdarah Boko Haram di Nigeria bagian utara, 20 ribu orang telah kehilangan nyawa.